Energi Bangsa Tidak Boleh Terkuras oleh Persoalan yang Tidak Substansial, dan Tenggelam dalam Topeng topeng

photo author
- Selasa, 19 April 2022 | 01:09 WIB
Diskusi bertajuk Berbagi Rahmat di Bulan Rahmat yang diselenggarakan Sangkur Bela Negara, hasil kerjasama Pelangi Plaza Purwakarta di VIP Room The Salis Hotel Bandung, Sabtu 16 April 2022. (Fokussatu.id)
Diskusi bertajuk Berbagi Rahmat di Bulan Rahmat yang diselenggarakan Sangkur Bela Negara, hasil kerjasama Pelangi Plaza Purwakarta di VIP Room The Salis Hotel Bandung, Sabtu 16 April 2022. (Fokussatu.id)

FOKUSSATU.ID - Tanpa embel embel dan slogan bombastis, para leluhur sudah menjadikan persatuan menjadi semacam aliran darah dalam mengatur dan mengelola warganya.

Itulah makna yang tersurat dalam diskusi bertajuk Berbagi Rahmat di Bulan Rahmat yang diselenggarakan Sangkur Bela Negara, hasil kerjasama Pelangi Plaza Purwakarta di VIP Room The Salis Hotel Bandung, Sabtu 16 April 2022.

Moderator Talkshow Ganjar Gandapraja mengatakan faktor spirit persatuan peradaban, manusia Indonesia dapat melejit paling tidak sejajar dengan bangsa - bangsa lain. Ada beberapa faktor yang menjadikan persatuan berfungsi sebagai magnit bangsa.

Baca Juga: Boleh Halal Bihalal Asal Tanpa Makan Dan Minum

"Pertama, faktor historis, yaitu terjadinya suatu proses tumbuh dan berkembangnya sebuah peradaban suatu bangsa; kedua, faktor senasib sebagai sebuah bangsa yang menjadi korban penindasan dan penjajahan yang kemudian bangkit secara bersama untuk meraih kemerdekaan; ketiga, faktor Kesamaan harapan dan cita cita untuk maju; keekmat, persamaan pandangan hidup untuk tumbuh menjadi sebuah bangsa yang besar; kelima, kesamaan peradaban sebagai sebuah puak dengan beragam budaya dan kultur menjadi sebuah peradaban bangsa," papar Ganjar.

Praktisi Pendidikan, R Yusep Halandi menggarisbawahi persoalan tergerusnya nilai toleransi yang disebabkan kurangnya pemahaman dan pengertian terhadap nilai dan anutan diluar kelompoknya.

"Disadari bahwa begitu lama kita abai dengan nilai nilai luhur yang telah ditorehkan dalam sebuah nilai sakral dan luhur, sebuah nilai nilai yang terhimpun dalam sebuah bingkai Pancasila. Salah satu butir dari Pancasila telah ditelantarkan, yaitu Persatuan," kata Yusep.

Baca Juga: PPATK Sebut Ada 247 Juta Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan

Menuruthya, indikator telah ditinggalkannya nilai persatuan adalah menguatnya ego kelompok, ego ras dan ego keyakinan.

"Pandangan hanya golongannya lah, hanya klannya lah dan hanya ideologinya lah yang paling unggul, diluar dirinya posisinya sebagai very inlander dan budak, sebagai sub ordinat," tandas Yusep.

Dalam pandangan Komunitas Gunung Indonesia, Zakaria yang akrab disapa Kang Jack menyodorkan gagasan lama yang kini dicoba untuk didorong lagi, yaitu usaha untuk membangkitkan kembali sikap cinta tanah air melalui kegiatan pemeliharaan alam sekitar.

"Komunitas Gunung Indonesia dapat menjadi wahana untuk mendorong spirit persatuan, mengingat kegiatan pemeliharaan lingkungan tidak membatasi pada persoalan persoalan identitas seseorang. Siapa pun dia, dengan latarbelakang apa pun orang itu kami akan terbuka menerima kehadirannya," ujar Jack.

Baca Juga: Minimarket Ambruk Belasan Korban Terjebak Reruntuhan Bangunan

Guru BK yang juga aktivis KAHMI, Endang Suherli merasa prihatin energi bangsa habis terkuras oleh hal-hal remeh temeh yang tidak substansial dan tenggelam dalan topeng - topeng.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Arismen Fokussatu

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

OJK Gelar Porseni FKIJK 2025

Jumat, 19 Desember 2025 | 07:41 WIB
X