FOKUSSATU.ID - Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif melalui Tim peneliti Program Studi Tata Hidang, Politeknik Pariwisata Lombok menggelar Focus Group Discussion (FGD) di café Republik Kopi Kampoeng, Jl. Cikawao, No. 04, Kota Bandung, Rabu (22/6/2022).
FGD ini mengusung tema “Eksisktensi Kopi Lokal Terhadap Permintaan Konsumen Café Tradisonal dan Café Modern di Kota Bandung-Jawa Barat dan Kota Mataram-NTB”. Dihadiri para narasumber dan peserta pecinta kopi lokal.
“Kami dari Lombok datang ke Bandung karena jika dilihat dari struktur tanah kemudian suhu yang memang hampir mirip dengan Bandung dan jenis kopi atau spesies kopi yang ada di Lombok sama Bandung itu hampir mirip juga,”ujar Ketua peneliti, Ainul Yakin, M.Pd. saat ditemui disela acara FGD, Rabu (22/6/2022)
Baca Juga: Mantap, Living Lab Solusi Cepat Tuntaskan Masalah dengan Kolaborasi
Ainul menuturkan dengan melakukan penelitian kopi lokal di Bandung ini karena yang paling ngetren saat ini dan yang kami tidak tahu yakni karakteristik rasanya hingga mengangkat kopi lokal yang ada di Bandung menjadi melesit.
“Ini bisa eksis Seperti apa eksisnya? Bagaimana eksisnya itu? Apakah dia ngetren itu dari siapa faktor pendukungnya. Dan kopi bisa eksis itu dari mana saja dan siapa saja yang berperan dalam hal ini. Oleh karena itu kami bisa meniru kopi kopi lokal di Bandung ini seperti apa?,”tuturnya.
Lanjut Ainul mengungkapkan kemudian kami akan meneliti pengetahuan tentang bukti khas budidaya kopi, seperti apa petani kopi nya. Ada dua pertanyaan besar dalam penelitian ini yaitu bagaimana kopi lokal di Bandung dapat digemari dan yang kedua adalah faktor yang menentukan kopi lokal ini bisa eksis.
Disinggung terkait kopi di Lombok, Ainul mengatakan kopi lombok juga sudah mulai melaju sama dengan yang ada di Bandung. Namun kelebihannya banyak tempat nongkrong yang memang anak milenial menjadi Lifestyle mereka di sosmed.
Baca Juga: Masuki Musim Hujan, Ayo Cegah Banjir dengan Sumur Resapan Sederhana
Ainul berharap dengan cara adopsi yang dipakai di Bandung Jawa Barat untuk mempertahankan eksistensi kopi semakin berkembang menjadi komparasi bagi kami. Supaya kopi lokal ini bisa berdaya saing dengan kopi luar daerah atau kopi internasional.
“Harapan kami tinggal teman-teman yang di lokal bisa merasakan kopi sendiri dan bagaimana mencintai kopi lokal untuk dikembangkan dan dipromosikan kepada semua kalangan,”harapnya.
Sementara menurut salah satu narasumber dalam FGD, Felix E.J Feitsma mengungkapkan bahwa kopi Jawa Barat atau kopi priangan dikenal di Negara Belanda hingga menyebar ke Negara lain.
“Salah satu ekspor kopi terbesar di dunia nomor 4 adalah Indonesia awalnya Indonesia ekspor kopi terbesar nomor 1,”pungkasnya.
Artikel Terkait
Duet Anies dan AHY di Pilpres 2024 Sangat Berbahaya Kenapa? Pengamat P3S: Tajam dan Cerdas
Kimia Farma Berkomitmen untuk Mewujudkan Wajah Indonesia Bersinar
Kampung Wisata Kreatif Cigondewah, Ciptakan Kepariwisataan Berdaya Saing
Masuki Musim Hujan, Ayo Cegah Banjir dengan Sumur Resapan Sederhana
Mantap, Living Lab Solusi Cepat Tuntaskan Masalah dengan Kolaborasi