FOKUSSATU.ID, CIMAHI - Upaya memperkuat kapasitas kelembagaan di tingkat kelurahan sekaligus menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan, kesehatan, dan kebersamaan terus digencarkan Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah.
Salah satunya melalui Setiamanah Eco Festival Tahun 2025 yang digelar di Halaman Kantor Kelurahan Setiamanah, Minggu (14/12/2025).
Setiamanah Eco Festival merupakan acara yang menggabungkan hiburan dengan kesadaran lingkungan yang diselenggarakan oleh Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.
Kegiatan ini tak hanya menjadi ajang edukasi dan kampanye lingkungan bagi masyarakat, tetapi juga momentum apresiasi bagi para pegiat lingkungan.
Baca Juga: Bandung, Salah Satu Tujuan Ekspansi Gerai Timezone Desember Tahun Ini
Dalam kesempatan tersebut, Lurah Setiamanah memberikan penghargaan Pejuang Sampah Teladan (Pesat) Award kepada 21 penerima, yang merupakan para petugas dan pegiat pengelolaan sampah berprestasi atas kontribusi nyata mereka dalam menangani persoalan sampah di wilayah Setiamanah.
Lurah Setiamanah, Atep Kahma Wijaya, menjelaskan bahwa kegiatan ini diinisiasi sebagai bentuk penghargaan terhadap inovasi dan dedikasi para petugas sampah teladan, yang kemudian dikolaborasikan dengan Setiamanah Eco Festival.
“Kegiatan hari ini sebetulnya menginisiasi para petugas sampah dengan inovasinya yang pesat, petugas sampah teladan, yang kami kaitkan dengan Setiamanah Eco Festival. Harapannya, dengan kegiatan ini semua warga memahami bahwa sampah itu sebetulnya bukan masalah,” ujar Atep saat diwawancarai awak media.
Baca Juga: Bangunan Bersejarah Pendopo Kecamatan Sindang Berubah Warna, TACB Minta Jangan Asal Rubah Terhadap Bangunan Bersejarah
Menurut Atep, persoalan sampah sejatinya bukan terletak pada jumlahnya, melainkan pada cara pengelolaannya sejak dari sumber, yakni rumah tangga. Ia menekankan pentingnya kebiasaan memilah sampah sejak dari rumah agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar.
“Tapi bagaimana kita bisa memilah sampah itu dari rumah sehingga sampah tidak berdampak ke lingkungan yang lain,” lanjutnya.
Ia juga menyampaikan bahwa kegiatan ini sejalan dengan visi Wali Kota Cimahi dalam mewujudkan kota yang nyaman dan aman, dengan lingkungan yang bersih, asri, dan berkelanjutan. Melalui Eco Festival ini, pihak kelurahan memberikan apresiasi kepada seluruh petugas sampah di wilayah Setiamanah sebagai bentuk penghargaan atas kerja keras mereka.
Baca Juga: Di Sumatera Jutaan Jiwa Mengungsi, STC Indonesia Distribusikan 500 Paket Hunian dan Sembako
“Bentuknya piagam penghargaan dan sedikit bantuan dari UPZ Kelurahan. Semoga ini menjadi penyemangat, karena petugas sampah itu memang perlu kita apresiasi. Itulah maksud dan tujuan kegiatan Eco Festival hari ini,” bebernya.
Terkait tantangan pengelolaan dan pemilahan sampah di tingkat kelurahan, khususnya dalam mendorong masyarakat agar memilah sampah dari rumah, Atep mengakui masih terdapat sejumlah kendala. Sejak adanya amanat dari Wali Kota kepada Kelurahan Setiamanah, persoalan sarana dan prasarana menjadi tantangan tersendiri, mengingat TPS di wilayah tersebut masih terbatas.
“Namun alhamdulillah, para petugas sampah hari ini mau ikut terlibat langsung dalam pengolahan sampah. Sesuai jadwal, mereka melakukan pilah sampah H-1 sebelum dibuang ke TPS,” ujarnya.
Baca Juga: Viking Pusat Laporkan Adimas Firdaus Resbob ke Polda Jabar Atas Ucapan Rasis di Media Sosial
Atep juga tidak menampik bahwa dinamika wilayah turut menjadi tantangan. Jika sebelumnya Setiamanah hanya memiliki tujuh RW, kini jumlahnya berkembang menjadi 13 RW, yang tentu membutuhkan waktu dan proses panjang dalam membangun kesadaran bersama.
“Yang menjadi kebanggaan, hari ini semua RW yang masuk ke TPS Setiamanah, kurang lebih 13 RW, sudah berkomitmen ikut berpartisipasi dalam pengolahan sampah yang saat ini sudah mulai berjalan,” katanya.
Untuk memperkuat pemahaman masyarakat, Kelurahan Setiamanah secara rutin melakukan sosialisasi. Salah satunya melalui kegiatan Jumat Bersih yang digelar setiap pekan dengan menyasar titik-titik RW.
“Untuk kegiatan sosialisasi, kami rutin melaksanakan Jumat Bersih dengan titik-titik ke RW. Ada beberapa RW yang tingkat pemahamannya terkait sampah masih kurang, kami masuk ke sana,” jelas Atep.
Dalam kegiatan tersebut, Kelurahan Setiamanah melibatkan berbagai unsur masyarakat, mulai dari LPM, PKK, Linmas, hingga perangkat kewilayahan lainnya.
“Dengan LPM, PKK, Linmas, semua bergerak bersama di hari Jumat,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Tata Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi, Agus Irwan menyampaikan apresiasi tinggi terhadap inisiatif yang dilakukan Kelurahan Setiamanah. Menurutnya, penghargaan Pesat Award ini tidak lepas dari peran lurah sebagai pemimpin di wilayah.
“Dari DLH tentu sangat mengapresiasi. Penghargaan tertinggi ini, yang menjadi inisiatornya tentu Pak Lurah sebagai pemimpin tertinggi di wilayah,” kata Agus.
Ia menuturkan bahwa persoalan sampah bukan hanya terjadi di Cimahi, melainkan hampir di seluruh kota di Indonesia, yang bahkan telah menetapkan status darurat sampah. Jika masih menggunakan paradigma lama, yakni kumpul, angkut, dan buang, maka persoalan sampah tidak akan pernah selesai.
“Kalau kita masih berpikiran dengan paradigma lama, kumpul, angkut, buang, itu mah tinggal tunggu waktu saja. Masalahnya pasti terulang lagi,” ujarnya.
Agus juga menyinggung kondisi sejumlah wilayah, seperti Cirendeu dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti yang kini sudah overload, sementara rencana pembukaan TPA Legok Nangka belum memiliki kepastian.
“Kalau paradigma lama terus dipakai, kejadian seperti longsor sampah dan penumpukan ini akan terus berulang,” ungkapnya.
Menurut Agus, solusi utama yang harus dilakukan adalah menyelesaikan persoalan sampah di masing-masing wilayah. Salah satu langkah paling penting adalah pemilahan sampah sejak dari sumber.
“Sampah ini sebenarnya yang paling bermasalah itu sampah organik. Kalau sampah residu, apalagi yang high value seperti botol, kardus, dan kertas, itu justru laku dijual dan punya nilai ekonomi. Yang residu pun bisa disimpan beberapa hari tanpa menimbulkan masalah,” jelasnya.
“Nah, yang bermasalah itu sampah organik. Kalau sehari dua hari tidak diangkut, bisa menimbulkan bau, air lindi, dan berbagai masalah lainnya. Makanya yang harus diselesaikan itu, salah satunya pemilahan, terutama sampah organik,” lanjut Agus.
Ia juga menyoroti keterbatasan lahan di Setiamanah yang membuat pengolahan sampah harus dilakukan dengan metode yang tepat, seperti mayoritas. Namun, pengolahan tersebut hanya bisa dilakukan jika sampah sudah terpilah dengan baik.
“Pengolahan seperti magotisasi itu syaratnya satu, sampahnya sudah terpilah. Tidak bisa seperti di beberapa tempat yang sampahnya masih tercampur. Organik pun harus benar-benar organik, tidak tercampur,” imbuhnya.
Agus kembali menegaskan apresiasinya atas langkah Kelurahan Setiamanah yang dinilai telah ikut berkontribusi memikirkan dan menangani persoalan sampah di Kota Cimahi. Terkait tantangan terbesar, yakni kesadaran masyarakat, DLH Cimahi menilai upaya edukasi harus dilakukan secara berkelanjutan.
“Kesadaran masyarakat itu memang harus terus-menerus diingatkan. Kami bekerja sama dengan garda terdepan di kelurahan dan kecamatan. Salah satunya melalui kegiatan seperti ini, termasuk pemberian penghargaan kepada para pengelola sampah,” pungkas Agus.
Sementara masih ditempat yang sama Ketua RW 14 Kelurahan Setiamanah, Muhammad Sholeh mengucapkan terima kasih kepada Lurah Setiamanah yang telah memberikan motivasi kepada masyarakat dalam mengelola sampah di wilayahnya.
Artikel Terkait
Akademisi : Abaikan SE Gubernur Jabar jika Menabrak Aturan yang Lebih Tinggi
Viking Pusat Laporkan Adimas Firdaus Resbob ke Polda Jabar Atas Ucapan Rasis di Media Sosial
Di Sumatera Jutaan Jiwa Mengungsi, STC Indonesia Distribusikan 500 Paket Hunian dan Sembako
Bangunan Bersejarah Pendopo Kecamatan Sindang Berubah Warna, TACB Minta Jangan Asal Rubah Terhadap Bangunan Bersejarah
Bandung, Salah Satu Tujuan Ekspansi Gerai Timezone Desember Tahun Ini