FOKUSSATU.ID - Impor barang jadi khususnya barang konsumsi terus meningkat, disisi lain impor bahan baku terus menurun.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Danang Girindrawardana mengatakan penurunan impor bahan baku menunjukan adanya penurunan produksi pada industri manufaktur, termasuk di Jabar.
"Artinya kapasitas produksi turun, sementara impor barang jadi malah naik. Artinya produktifitas semakin turun. Kapasitas produksi mesin di pabrik tekstil turun hingga sampao 40 persen," ujarnya dalam IWEB Diskusi Ekonomi di kantor KADIN Jabar, Kamis (27/6/2024).
Baca Juga: Masuk Kota Ke 2 Penjudi Online Terbanyak, Pemkot Bogor Segera Bentuk Satgas Judol
Ia mengatakan pertumbuhan impor barang konsumsi swcara persentase memang kecil hanya 1,2 persen . Namun itu sudah terjadi sejak 2021. Nilainya bisa mencapai miliaran rupiah.
Ia menambahkan dari data BPS Jabar pertumbuhan industri manufaktur hanya 5 persen namun jasa transportasi dan logistik bisa sampai 15 persen.
"Yang dikirim barang milik siapa kalau produksi berkurang tapi naik di transportasi dan logistik? Saya curiga banyak gudang-gudang berisi produk impor, penimbunan produk. Pemerintah harus jeli melihat data BPS ini, coba cek lapangan," ujarnya.
Terkait rencana Menko Marves Luhut BP, Danang mengatakan perlu kehati-hatian untuk mengijinkan pabrik china bidang tekstil berdiri di Subang atau kawasan Kertajati, Jabar. Akan banyak dampak yang ditimbulkan selain tentunya akan merusak RTRW Jabar.
Baca Juga: Indonesia Satu Grup dengan Jepang dan Australia di Ronde 3 Kualifikasi Piala dunia 2026
Pabrik besar tentunya membutuhkan air, listrik dan energi lainnya. Sementara seperti diketahui kawasan Majalengka dsk, mengalami kesulitan air. Jangan sampai air untuk pertanian terserap di pabrik. "Tekstil itu juga limbah cairnya berbahaya jika tidak benar ditangani. "
Ekonom Unpas Acuviarta Kartabi mengatakan kebijakan dua kementerian yang mengatur ekspor dan impor yakni Kemendag dan Kemenperin terkadang tidak sejalan. Bahkan masih belum berpihaknpada UMKM yang ingin melalukan ekspor/impor.
"Contohnya ya soal barang konsumsi tekstil, impor barang tekstil begitu mudah, disisi lain produksi tekstil dalam negeri terancamkarena kurangnya dukungan terutama regulasi yang melindungi produk lokal," jelasnya.
Disisi lain ia juga berharap pengusaha tekstil satu pendapat untuk bisa membangkitkan kembali industri tekstil.
"Ada kok pengusaha tekstil yang impor barang jadi, padahal bisa produksi sendiri. Memang ada yang nakal, nah ini yang harus disepakati semua pengusaha dan saling dukung serta melindungi," tegasnya. ***(011)
Artikel Terkait
Rugikan Negara Miliaran Rupiah, Penyidik Kejati Jabar Periksa Mantan Ketua NPCI Jawa Barat
Hadapi Pilkada Kota Bogor, Golkar, PSI, PAN dan Demokrat Bentuk Koalisi Bogor Maju
Indonesia Satu Grup dengan Jepang dan Australia di Ronde 3 Kualifikasi Piala dunia 2026
Cegah Hoaks Pilkada Serentak 2024, Bawaslu Sultra Gandeng Jurnalis Berbagai Media Untuk Konsolidasi dan Sosialisasi ke Masyarakat