Pindah Ibukota Negara, Anggota DPR Ini Kebingungan Cara Berpikir Pemerintah

photo author
- Minggu, 23 Januari 2022 | 01:06 WIB
Utang pemerintah kepada Bulog yang hingga kini belum dibayar mencapai Rp4,5 triliun. Menurut  Anggota DPR Andi Akmal, masalah ini leibih esensial dibandinkan pindah Ibukota
Utang pemerintah kepada Bulog yang hingga kini belum dibayar mencapai Rp4,5 triliun. Menurut Anggota DPR Andi Akmal, masalah ini leibih esensial dibandinkan pindah Ibukota

FOKUSSATU.ID-  Kebijakan pemerintah yang hendak pindah ibu kota negara dikritisi anggota DPR.

Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin mengatakan  kebijakan pemerintah yang hendak pindah ibu kota negara, merupakanpersoalan yang tidak terlalu urgen, karena persoalan esensial kenegaraan masih tidak beres. Salah satu hal yang mendasar kebijakan negara kepada rakyatnya, yakni memenuhi kestabilan pangan dan kebutuhan energi bagi rakyat.

Seperti diketahui, Rancangan Undang-Undang Ibu Kota Negara telah disetujui dalam Rapat Paripurna DPR RI ke-13 masa sidang 2021-2022, dan Fraksi PKS menjadi satu-satunya fraksi yang menolak.
 
“Pemerintah ini mikir yang besar-besar, tapi persoalan kecil belum bisa diatasi. Beberapa di antaranya adalah pemerintah belum mampu bayar hutang ke Bulog dan kepada PT Pupuk Indonesia sehingga menimbulkan dampak domino lebih panjang. Utang Bulog kepada Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) makin menumpuk, sehingga tugasnya melayani rakyat pada kestabilan harga pangan pokok terganggu, dan subsidi pupuk untuk petani tinggal setengahnya,"  ujar Akmal dalam siaran persnya, Sabtu (22/1/2022).
 

Baca Juga: PKS Menilai Pemerintah Lebih Mementingkan Pindah IKN daripada Pemulihan Ekonomi Rakyat


Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menjabarkan, utang pemerintah kepada Bulog yang hingga kini belum dibayar mencapai Rp4,5 triliun. Utang ini akibat penugasan Bulog sebagai lembaga penyalur beras berupa bansos pemerintah semasa PPKM berlangsung karena  pandemi.Sedangkan untuk pupuk subsidi dari awal tahun kuotanya dikurangi. Bahkan di beberapa daerah, kelangkaan pupuk terjadi, sehingga sangat mengganggu mata rantai produksi pangan.
 
Semua daerah kabupaten/kota sentra pertanian pangan pun mengeluh persoalan pengurangan dana subsidi pupuk akibat refocusing untuk pemberian jaminan pengamanan sosial (JPS). “Bagaimana cara berpikirnya pemerintah ini bikin bingung, rakyat sedang kesusahan, malah berkeinginan menghamburkan anggaran yang tidak jelas dari mananya untuk memindahkan ibukota negara," kritik Akmal .
 
Legislator daerah pemilihan (dapil) Sulawesi Selatan II ini menyarankan, agar pemerintah menyelesaikan dahulu kewajiban membayar kepada Bulog sebesar Rp4,5 triliun dan membayar kepada Pupuk Indonesia sebesar Rp13,8 triliun. Semua utang ini akibat penugasan pemerintah kepada lembaga-lembaga ini untuk beras bansos di Bulog dan untuk pupuk subsidi di Pupuk Indonesia.
 
“Sebelum mikir pindah ibu kota negara, pemerintah mestinya dapat menyelesaikan persoalan mendasar untuk memperkuat kestabilan pangan nasional, baik dari sisi pengendalian stok dan harga pada Bulog, maupun memperkuat salah satu rantai produksi pangan dengan menstabilkan kesehatan lembaga produsen Pupuk Indonesia. Selesaikan dahulu kewajiban utang-utang pemerintah, baru kalau sudah selesai bisa berpikir selanjutnya untuk pindah ibu kota negara,"  tandas Akmal. ***

Content CreatorJurnalis gus

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Wisnu Fokussatu

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

OJK Gelar Porseni FKIJK 2025

Jumat, 19 Desember 2025 | 07:41 WIB
X