FOKUSSATU.ID - Ditengah pandemi yang sudah berlangsung selama 1.5 tahun, PT Bio Farma (Persero) sebagai Induk Holding BUMN Farmasi, terus melakukan transformasi sebagai pilar dari ketahanan kesehatan nasional.
Pandemi COVID-19 menjadi tantangan terbesar Bio Farma sebagai induk Holding BUMN Farmasi, yang baru dibentuk pada 31 Januari 2020, atau tepat dua bulan sebelum Pandemi.
Holding BUMN Farmasi dibentuk dengan Bio Farma sebagai Induk dan Kimia Farma dan Indofarma sebagai dua anak perusahaan, sehingga menjadikannya perusahaan farmasi terbesar, dengan 13 pabrik, 78 jaringan distribusi dan 1.300 jaringan apotek serta 560 laboratorium klinik di Indonesia.
Baca Juga: Bio Farma Jajaki Kerjasama dengan Lembaga Riset Kanker dan Stem Cell
Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir menyebutkan dengan adanya penugasan dari pemerintah untuk penanganan Covid-19 seperti penyediaan vaksin Covid-19, obat-obatan, multivitamin, serta alat kesehatan, kinerja keuangan, Holding BUMN Farmasi (Bio Farma, Kimia Farma dan Indofarma) pada semester I 2021 mengalami peningkatan 164% Yoy, dari Rp 5,78 triliun pada tahun 2020, menjadi Rp 15,26 triliun.
Secara detail, pendapatan Bio Farma sendiri, didapat dari realisasi pendapatan penugasan yang mencapai Rp 8,12 triliun, yang terdiri dari Rp 7,97 triliun program vaksin Covid-19 dan 144,30 miliar, didapat dari program Vaksinasi Gotong Royong (VGR).
Untuk anggota Holding BUMN Farmasi, Kimia Farma membukukan pendapatan pada Semester I 2021 sebesar, Rp 5,56 triliun yang diperoleh dari penjualan produk pihak ketiga sebesar Rp 4,1 triliun termasuk didalamnya, didapat dari VGR sebesar Rp 402,9 miliar.
Pertumbuhan penjualan dari Kimia Farma sebesar 18,6% yoy. Sedangkan untuk Indofarma, pendapatan Semester I 2021 mencapai Rp 849.33 miliar, berasal dari penjualan obat Obat Generik Berlogo (OGB) dan etchical sebesar Rp 492,79 miliar, sisanya dari penjualan alkes multivitamin dan lain-lain.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Pengiriman ke-50 Tiba di Bio Farma
Pertumbuhan penjualan dari Indofarma sebesar 89,9% yoy. Honesti menegaskan, jika dilihat penjualan bersih perusahaan diluar penugasan pandemi Covid-19, kinerja Holding BUMN Farmasi masih on the track, meski masih menghadapi tantangan untuk penjualan ekspor, karena adanya lockdown di beberapa negara penerima produk Holding BUMN Farmasi, khususnya vaksin.
Demikian juga dengan penjualan dalam negeri sektor pemerintah, sesuai dengan instruksi pemerintah, bahwa saat ini, fokus pada vaksin Covid-19, termasuk dengan obat-obatan, yang digunakan untuk penanganan Covid-19.
“Untuk Bio Farma sendiri, penjualan kami tanpa penugasan Covid-19, masih bisa mencapai Rp 985 miliar, yaitu mencapai 84,39% dari yang ditargetkan pada Semester I 2021. Pencapaian ini terdiri dari penjualan ekspor yang mencapai Rp 549 miliar, dan untuk penjualan dalam negeri (pemerintah), mencapai Rp 66,39 miliar, atau baru terealisasi 59,8% dari yang dianggarkan”, ungkap Honesti, Senin (27/9/2021).
Baca Juga: Bio Farma Sudah Distribusikan Hampir 130 Juta Dosis Vaksin Covid-19
Inovasi Produk
Artikel Terkait
Bio Farma Gandeng Google Cloud untuk Percepat Transformasi Digital
Bio Farma Sudah Distribusikan Hampir 130 Juta Dosis Vaksin Covid-19
Vaksin Covid-19 Pengiriman ke-50 Tiba di Bio Farma
Bio Farma Jajaki Kerjasama dengan Lembaga Riset Kanker dan Stem Cell
Kementerian Polhukam Pantau Stok Vaksin Bio Farma