Tinggalkan Afghanistan, Amerika Fokus ke Cina, Implikasi bagi Indonesia

photo author
- Jumat, 10 September 2021 | 20:40 WIB
DPP KNPI menggelar diskusi publik aktual bertajuk “Taliban, Gerakan Islam dan Masa Depan Geopolitik Global'
DPP KNPI menggelar diskusi publik aktual bertajuk “Taliban, Gerakan Islam dan Masa Depan Geopolitik Global'

"Jadi peralihan pada fokus ke Cina ini, pasti akan mempunyai dampak kepada kita di Indonesia," tambahnya.

Sementara itu, Pengamat Politik dan Kajian Timur Tengah Ramdansyah mengatakan bicara tentang kekuasaan pasti ada perlawanan. Rumusnya memang seperti itu, ketika bicara kuasa, maka ada kontranya, yaitu kontra kuasa.

"Benar nggak sih, Taliban ini sebuah negara teroris seperti yang disangka oleh Amerika. Ini yang kemudian. Kita, tidak perlu terjebak pada itu semua. Apalagi kalau kita bicara seperti suku Maya yang dia bilang be on of history," katanya.

"Mau demokrasi liberal hari ini. Maupun kapitalismenya bagian akhir dari sejarah. Komunis sosialis. Kemudian islam dengan isme lainnya. Islamisme merupakan sebuah tesis anti tesis yang sudah berakhir. Yang sekarang disebut demokrasi adalah demokrasi liberal yang Amerika sebagai komandannya," tambahnya.

Pengamat Politik Rocky Gerung mengatakan Anis Matta memulai suatu uraian yang bersifat membaca paradigma.

"Di dalam pertandingan, sebut saja pertandingan ideologi dunia. Setelah Amerika berupaya untuk mengadaptasikan doktrin war on teror lau bertemu dengan global pandemi. Lalu kita berupaya untuk membaca apa yang terjadi di dalam ruang-ruang sidang strategis di Amerika. Sehingga isu itu kemudian dijadikan bahan untuk menganalisis Prospek perdamaian dunia. Prospek demokrasi dunia. Prospek ekonomi dunia. Itu soal-soalnya yang secara bagus diuraikan oleh Anis Matta," terangnya.

Ramdansyah, kata Rocky kembali, telah memberi kita perspektif yang juga amat tajam. Yaitu antropolitikal note. Yang biasanya kalau orang belajar antropologi, dia akan ambil posisi yang culture mater. Karena itu, tidak salah kalau seorang antropolog going notif, dalam membaca fenomena di Afghanistan.

"Jelas bahwa kita punya perlengkapan politik, perlengkapan metodologi untuk melihat masalah Taliban ini dengan menempatkan dalam upaya untuk membaca arah Indonesia," katanya.

"Saya sebut arah Indonesia. Karena Indonesia sendiri, lagi nggak punya arah hari ini. Dia nggak tahu, mau apa, dengan Taliban, dan kita nunggu ada semacam komentar cerdas dari Menteri Luar Negeri, atau Menko Polhukam itu tidak ada keluar. Apalagi dari Presiden. Karena seolah-oleh Indonesia, jadi dungu di depan politik dunia," ungkapnya. [gus]

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Wisnu Fokussatu

Tags

Rekomendasi

Terkini

OJK Gelar Porseni FKIJK 2025

Jumat, 19 Desember 2025 | 07:41 WIB
X