Penting bagi investor untuk fokus pada fundamental perusahaan, bukan hanya sentimen sesaat.
Pertama, diversifikasi portofolio dengan cara tidak menaruh seluruh dana pada satu sektor atau satu jenis aset. Diversifikasi membantu meminimalkan risiko. Kedua, perhatikan valuasi. Saat harga saham turun, jangan langsung tergoda. Pastikan valuasi masih menarik secara fundamental.
Ketiga, tetap berpegang pada rencana keuangan. Konflik global seharusnya tidak mengubah tujuan investasi jangka panjang. Jika tujuan investasinya adalah pensiun 20 tahun lagi, maka volatilitas jangka pendek sebaiknya tidak mengganggu.
Keempat, kombinasikan dengan instrumen defensif, seperti obligasi pemerintah atau reksa dana pasar uang yang bisa dijadikan penyeimbang portofolio saat pasar saham bergejolak.
Kelima, pantau sektor-sektor yang resilient. Sektor consumer staples, kesehatan, dan energi umumnya lebih stabil dalam situasi krisis.
Bahkan, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan yang cukup besar pada 2022. Begitupun perkiraan yang akan terjadi di tahun 2025 ini saat perang Israel dan Iran Meletus, yang tentunya perlu diamati perkembangannya.
IHSG pun sempat mencatatkan kinerja positif dibandingkan sejumlah indeks global pada saat perang Rusia-Ukraina. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memahami konteks global dan tidak terburu-buru mengambil keputusan emosional. Kesimpulannya, jangan abaikan risiko, tapi lihat peluang.***(011)
Artikel Terkait
Ketua DPRD Kota Bandung Bicara Soal Reaktivasi Bandara Husein Sastranegara
Ribuan Pengunjung Serbu Booth Pos Properti Indonesia di Pameran Pernikahan Terbesar Jawa Barat
Dadang M Naser Sosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan di Kabupaten Bandung
Lapang Sidolig Siap Digunakan untuk Latihan Tim Piala Presiden 2025
Bandung Great Sale 2025 Siap Digelar! APINDO Sampaikan Apresiasi Terhadap Program Wali Kota
Pemkot Bakal Gulirkan Program Sunat Door to Door, Siap Jangkau Warga Kota Bandung