FOKUSSATU.ID - Heboh video asusila di bandara Yogyakarta dinyatakan mengalami trauma masa lalu sehingga tersangka melakukan perbuatan menyimpang.
Video asusila di bandara Yogyakarta itu diunggahnya di daring yang berbasis di luar negeri.
Setiap video asusila yang diunggahnya itu mendapat penghasilan, pendapatan kotor hampir mencapai Rp2 miliar selama proses 2020 sampai 2021.
Baca Juga: Tim Bulutangkis Indonesia Dikabarkan Mundur dari Kejuaraan Dunia di Spanyol
Kasus viral heboh video asusila di bandara Yogyakarta itu kini ditangani oleh Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda DIY
Ajun Komisaris Besar Polisi Roberto GM Pasaribu menyebutkan tersangka kasus pembuatan video asusila di Yogyakarta International Airport (YIA) memiliki trauma masa lalu.
Baca Juga: Sebanyak 181 Lembaga Non Profit Terkait Kelompok Teroris
"Setelah kami melihat secara perilaku dari (pemeriksaan) psikolog bahwa yang bersangkutan ini mengalami trauma masa lalu yang menyebabkan memiliki perilaku menyimpang," kata Roberto saat konferensi pers di Mapolda DIY, Selasa 7 Desember 2021.
Trauma masa lalu tersebut menjadi salah satu faktor yang memunculkan motif pelaku berinisial FCN (23) tersebut melakukan tindakan menyimpang dengan membuat video asusila di YIA.
Baca Juga: Pertamina Rencanakan Kurangi Emisi Karbon Hingga 29 Persen
Namun Roberto enggan menjelaskan trauma masa lalu yang dialami perempuan kelahiran Sidoarjo, Jawa Timur itu. Alasannya, keterangan itu bakal menjadi materi yang akan disampaikan di persidangan.
"Ini hanya bisa kami buka di persidangan. Yang kami sampaikan adalah itu menjadi salah satu bagian memunculkan motif karena tidak serta merta perbuatan pidana terjadi tanpa adanya motif," ucap dia.
Baca Juga: Liga Champion, Liverpool Turunkan Pemain Pelapis Hadapi Milan
Hasil pemeriksaan psikologi, menurut dia, tindak pidana pornografi yang dilakukan tersangka juga didasarkan motif dorongan hasrat seksual yang menyimpang dengan gemar memamerkan alat vitalnya di tempat publik.