Dilansir dari Kantor Berita Antara, saat Bung Karno bersama para petinggi pemerintah Republik Indonesia sedang melaksanakan rapat di Gedung Agung. Pasukan Van Langen secara cepat masuk ke Gedung Agung. Sebelumnya, terjadi perdebatan keras. Soekarno diminta memilih menyerah atau melawan Sekutu.
Soekarno berpendapat bahwa dengan dirinya menyerah, maka dunia internasional akan meributkan agresi militer Belanda itu dan memberikan dukungan terhadap Indonesia. Namun, Sudirman menghendaki dilakukan perlawanan total. Soekarno dan Hatta harus ikut berperang. Soekarno akhirnya memilih tidak ikut cara yang ditempuh Sudirman, yaitu perang secara bergerilya.
Sebelum ditangkap oleh pasukan Van Langen, Soekarno berpesan kepada Sri Sultan agar keutuhan Republik Indonesia dijaga. Sultan hanya mengangguk. Sri Sultan ternyata tidak hanya memenuhi janji menjaga keutuhan Republik Indonesia, tetapi juga berpikir keras bagaimana cara agar Yogyakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia saat itu mendapatkan kemenangan politik di dunia Internasional.
Suatu sore, Sultan mendengar semacam dialog atau perdebatan melalui Radio BBC bahwa Indonesia sudah tidak ada lagi.
Delegasi Belanda di Perserikatan Bangsa Bangsa menyatakan pemerintahan ilegal Republik Indonesia sudah hilang secara "de facto", dan yang berkuasa adalah Belanda. Kota Yogyakarta sepenuhnya dibawah kendali Pemerintahan Belanda.
Mendengar hal itu, Sultan mendapatkan gagasan untuk mengejutkan dunia Internasional.
Dipanggilnya Soeharto sebagai Komandan Wehrkreise X untuk membangun serangan kejutan. Maka terjadilah Serangan Umum1 Maretv 1949 yang kemudian mengubah jalannya sejarah Bangsa dan Negara Indonesia.
Setelah terjadi Serangan Umum 1 Maret 1949 , Pemerintahan Belanda di PBB kalah suara, dan dunia Internasional mendukung Pemerintah Republik Indonesia, sehingga pada 27 Desember 1949 Belanda mengakui kemerdekaan RI.
Namun,dikutip dari thread Leonita_Lestari "Melihat kejadian perang pada serangan umum 1 Maret 1949 itu tanpa menoleh pada dua perjanjian sebelumnya yakni Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Renville, jelas tak akan memiliki makna luar biasa. Perang itu hanya akan dianggap sebagai perang sia-sia"
Dituliskan pula bahwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Jogja memang berdampak cukup besar bagi nasib Indonesia di kemudian hari. Roem Royen sebagai perjanjian yang kemudian digelar di Hotel Des Indes pada 17 April 1949 adalah akibatnya.
"Proses politik untuk mendapatkan pengakuan dunia itu masih berjalan dan maka opsi diadakannya serangan umum 1 Maret adalah salah satu cara saja agar secara politis negara baru lahir bernama Indonesia itu mendapat perhatian dunia. Itu pekerjaan para politisi" . ***014
Artikel Terkait
Serangan Umum 1 Maret Sebagai Hari Bersejarah, Simak Sejarah Singkatnya