nasional

‎Diduga Jadi Korban TPPO di Kamboja, Sang Nenek Minta Bantuan KDM dan Memohon Presiden Turun Tangan ‎

Selasa, 18 November 2025 | 20:36 WIB
‎Diduga Jadi Korban TPPO di Kamboja, Sang Nenek Minta Bantuan KDM dan Memohon Presiden Turun Tangan ‎



FOKUSSATU.ID - Kembali Mencuat kasus yang dialami warga Indonesia menjadi korban penipuan berkedok rekrutmen kerja. Namun kali ini dengan modus lowongan pemain sepak bola.

‎Hal ini terungkap dalam sebuah video yang tersebar di media sosial, menampilkan seorang nenek asal Kabupaten Bandung terlihat menangis tersedu-sedu, memohon agar cucunya segera dipulangkan ke Indonesia karena terus disiksa.

‎Bahkan nenek tersebut sempat meminta bantuan kepada Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk menyelamatkan cucunya, Rizki Nur Fadilah (18), dari dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Kamboja.

‎Kisah Rizki mengungkap betapa masif dan terorganisirnya jaringan TPPO lintas negara yang memanfaatkan media sosial untuk mencari korban, termasuk anak-anak muda yang sedang mengejar mimpi.

Baca Juga: Tanggapan Wabup Bandung Terkait Dugaan TPPO, Minta Masyarakat Waspada Tawaran Kerja Luar Negeri

‎Kejadian bermula ketika Rizki berpamitan kepada keluarga untuk mengikuti seleksi pemain sepak bola untuk PSMS Medan. Keluarga mengaku tidak menaruh curiga karena Rizki memang aktif berlatih dan memiliki pengalaman dalam dunia sepak bola. Ia diketahui pernah bergabung di SSB Hasebah, Diklat Persib, hingga Persin di Klaten.

‎“Orang tuanya bilang anaknya mau ikut seleksi pemain bola. Tapi waktu ditanya lebih jauh, dia seperti tidak jujur atau mungkin tidak tahu cara menjelaskan,” ujar neneknya, Imas Siti Rohanah (52), saat ditemui di Dayeuhkolot, Selasa (18/11).

‎Pada 26 Oktober 2025, Rizki berangkat menggunakan travel dari Bandung menuju Jakarta. Keesokan harinya, pihak yang mengaku manajemen sepak bola sempat mengunggah tiket pesawat rute Jakarta–Medan–Kualanamu. Namun sejak saat itu, komunikasi mulai terasa janggal.

‎“Pihak manajemen itu nggak jelas kalau ditanya. Kok seleksi bola tapi tidak ada surat resmi, tidak ada jadwal latihan yang bisa dipastikan,” kata Imas.

Baca Juga: Rakorda BAZNAS Jabar 2025 Bertemakan Refleksi dan Akselerasi Zakat Jawa Barat

‎Beberapa hari berselang, keluarga terkejut setelah ibunda Rizki yang bekerja di Hongkong mengabarkan bahwa putranya ternyata berada di Kamboja, bukan di Medan seperti yang dijanjikan.

‎Rizki kemudian berhasil menghubungi keluarganya secara sembunyi-sembunyi melalui WhatsApp dan media sosial. Dalam pesannya, ia mengisahkan kondisi yang dialami, mulai dari penyiksaan, ancaman, dan eksploitasi.

‎“Katanya kerjaannya menipu orang-orang Cina lewat komputer. Dia tidak bisa komputer, jadi sering salah. Karena itu dia dihukum push-up ratusan kali, membawa galon ke lantai sepuluh,” kata Imas.

‎Menurut pesan yang diterima keluarga, Rizki bekerja setiap hari dari pukul 08.00 hingga tengah malam atau lebih. Bila tidak memenuhi target harian, ia dipaksa melakukan hukuman fisik.

‎Ayahnya, Dedi Solehudin (43), mengatakan bahwa anaknya juga dipaksa mencari minimal 20 nomor telepon warga negara Tiongkok setiap hari untuk menjadi target penipuan.

‎“Kalau tidak dapat target, dia disiksa. Dia bilang, ‘Pak, Aa dijebak.’ Semua kontak anak langsung dihapus sama pelaku,” ujar Dedi.

‎Yang paling menyayat hati, pelaku juga diduga memaksa Rizki berperan sebagai perempuan untuk memancing korban penipuan.

‎“Ini modus penipuan. Anak saya bahkan disuruh berperan sebagai perempuan agar orang Cina tertarik dan kirim uang. Tolong… ini sudah keterlaluan,” ujar Dedi dengan suara bergetar.

‎Dalam satu bulan terakhir, keluarga Rizki mengaku telah mendatangi banyak kantor instansi pemerintah, termasuk Gedung Sate.

‎“Saya sudah ke Gedung Sate, tapi belum ada tindak lanjut. Malah disuruh ke Disnaker. Padahal ini urusan nyawa. Anak saya tiap hari disiksa,” kata Dedi.

‎Mereka juga telah menghubungi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kamboja melalui WhatsApp. Namun, setelah mengirimkan data dan laporan awal, tidak ada perkembangan lanjutan.

‎“KBRI minta isi data lagi, tapi sesudah itu tidak ada perkembangan. Sampai sekarang belum ada kabar,” ujar Dedi.

‎Kondisi tersebut membuat keluarga merasakan ketidakpastian berkepanjangan. Hingga akhirnya mereka memutuskan memviralkan kasus ini agar pemerintah pusat maupun daerah lebih cepat merespons.

‎“Kami awalnya takut, tapi demi anak kami lakukan. Pemerintah setempat merespons, tapi langkah nyata memulangkannya belum ada,” kata Dedi.

‎Pemerintah desa dan kecamatan di Kabupaten Bandung memastikan mereka telah mengambil langkah-langkah administratif sesuai kewenangan.

‎Camat Dayeuhkolot, Asep Suryadi, menjelaskan bahwa informasi dari keluarga langsung ditindaklanjuti dan difasilitasi.

‎“Begitu informasi sampai ke kami, Pak Lurah Pasawahan langsung bergerak. Laporan keluarga sudah difasilitasi ke Disnaker Kabupaten Bandung, karena kebetulan neneknya adalah warga Pasawahan,” ujarnya.

‎Ia menambahkan bahwa pada 7 November 2025, Lurah Pasawahan beserta staf dan Ketua RW 04 mendampingi keluarga membuat laporan resmi.

‎“Kami tidak ingin keluarga merasa berjalan sendiri. Pemerintah desa mendampingi langsung proses pelaporan agar penanganannya jelas dan cepat,” kata Asep.

‎Menurutnya, Disnaker Kabupaten Bandung juga terus berkoordinasi dengan KP2MI/BP2MI, lembaga yang menangani kasus WNI bermasalah di luar negeri.

‎“Kami selalu mengikuti update dari Disnaker. Setiap ada perkembangan baru, kami komunikasikan lagi dengan pihak desa dan keluarga,” ujarnya.

‎Asep juga menguraikan kondisi keluarga Rizki, termasuk domisili ayah dan nenek korban, untuk memastikan penanganan administratif tidak terhambat.

‎“Kami sangat berharap ada jalan terbaik agar Rizki bisa segera kembali ke tanah air dengan selamat. Ini menyangkut masa depan seorang anak muda,” tambahnya.

‎Ditemui ditempat terpisah, Kepala Disnaker Kabupaten Bandung, Dadang Komara, menyampaikan bahwa laporan dari keluarga telah ditindaklanjuti sesuai prosedur.

‎“Kami sudah menindaklanjuti sesuai kewenangan. Laporan dari pihak keluarga pada Jumat (7/11). Kami menyampaikan surat permohonan pemulangan Fadhil berikut kronologis kepada BP3MI hari Senin,” ujarnya.

‎Ia menjelaskan bahwa proses pemulangan WNI dari luar negeri menjadi kewenangan BP3MI Jawa Barat, Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, serta KBRI di negara terkait.

‎“Disnaker akan mendampingi setelah korban tiba di tanah air. Pemulangan itu kewenangan BP3MI dan KBRI,” katanya.

‎Dadang juga menekankan bahwa kepergian Rizki tidak memenuhi prosedur resmi pekerja migran. Ada 17 persyaratan resmi yang harus dipenuhi seorang calon PMI, mulai dari izin keluarga, rekomendasi desa, surat sehat, tes psikologi, hingga sertifikat kompetensi.

‎“Kami terus-menerus melakukan pencegahan dan sosialisasi agar masyarakat tidak teperdaya iming-iming palsu. Warga wajib mengecek legalitas P3MI sebelum menerima tawaran apa pun,” ujarnya.

‎Hingga berita ini diturunkan, keluarga masih menunggu kabar baik dari pemerintah. Mereka berharap campur tangan langsung pemerintah pusat, termasuk Presiden, dapat mempercepat penyelamatan Rizki.

‎“Tolong, Pak Presiden. Ini menyangkut nyawa anak saya,” kata Dedi.

‎Sementara itu, Imas hanya ingin cucunya kembali dalam keadaan hidup.

‎“Kami hanya ingin cucu kami pulang dalam keadaan sehat. Tidak lebih,” pungkas nenek.

Tags

Terkini

OJK Gelar Porseni FKIJK 2025

Jumat, 19 Desember 2025 | 07:41 WIB