FOKUSSATU.ID, KAB BANDUNG – Program Magrib Mengaji merupakan program alternatif untuk pembinaan karakter bagi siswa di Kabupaten Bandung.
Hal ini diungkapkan Bupati Bandung Dadang Supriatna saat membuka Musabaqah Tilawatil Qur’an dan Hadits (MTQH) ke-39 tingkat Provinsi Jawa Barat di Dome Bale Rame, Soreang, Minggu (15/6/2025) kemarin lalu.
Dadang Supriatna menuturkan penyelenggaraan MTQH harus diiringi dengan implementasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya melalui pembentukan karakter anak sejak dini.
Ia menegaskan, Kabupaten Bandung sudah lebih dahulu menerapkan program Magrib Mengaji dan telah mengeluarkan surat edaran resmi untuk pelaksanaannya.
Baca Juga: Ribuan Peserta Ikuti MTQ ke-43 di Kota Bogor
“Implementasi daripada MTQH tentunya bukan hanya penyelenggaraan saja, tapi harus ada implementasi yang menjadikan karakter. Di Kabupaten Bandung sudah dilakukan dan sudah membuat surat edaran. Mudah-mudahan bisa diadopsi oleh Pak Gubernur sehingga Magrib Mengaji bukan hanya di Kabupaten Bandung, tapi juga bisa dilaksanakan di tingkat Provinsi Jawa Barat,” ujar Dadang.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan Magrib Mengaji merupakan bagian dari ikhtiar membentuk karakter generasi muda, khususnya umat Islam, agar lebih religius dan berakhlak baik.
Pernyataan Bupati ini muncul di tengah wacana dari Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengenai penempatan siswa nakal ke barak militer sebagai langkah tegas pembinaan.
Baca Juga: Berikan Kadeudeuh, Pemkot Bandung Jadikan MTQ ke-38 Sebagai Evaluasi
Menanggapi hal itu, Bupati Dadang menyatakan bahwa pihaknya di Kabupaten Bandung telah menyiapkan skema koordinasi dengan unsur Forkopimda, termasuk Kapolresta, apabila kebijakan tersebut harus dijalankan.
“Setelah Pak Gubernur menyampaikan bahwa anak-anak nakal akan dibawa ke barak, kami di Kabupaten Bandung langsung koordinasi. Dan alhamdulillah, kondisi relatif stabil. Tapi kalau memang ada yang betul-betul nakal, kami sudah mempersiapkan baraknya, tempatnya insyaallah di Nagreg,” katanya.
Meski demikian, ia menekankan bahwa program Magrib Mengaji lebih bersifat preventif dan edukatif dalam membentuk karakter anak-anak, dibanding penanganan yang bersifat represif.
“Program ini efektif, dan secara ruang lingkup di Jawa Barat tentu bisa diterapkan karena karakter masyarakatnya hampir sama,” pungkas Dadang.
Artikel Terkait
Sukses Gerakan Program TJSL, PT Pos Indonesia Raih Penghargaan Tertinggi TOP CSR Awards 2025
Wali Kota Bandung Lantik 13 Pejabat Baru
Mulai 21 Juni 2025, Pemkot Bandung Bakal Operasikan Teknologi Biodigester di Pasar Gedebage
Ketua APINDO Kota Bandung Hadiri Pembukaan Job Fair 2025, Jalin Kolaboratif Dunia Usaha dan Pemerintah
Mengusung Tema “Dreams and Stories” Family Art Month 2025 Kembali Digelar di NuArt Sculpture Park