FOKUSSATU.ID - Education technology (Edutech) mengalami tantangan berat pasca berakhirnya Covid-19 karena saat ini kegiatan tatap muka masih tetap lebih diminati.
Dr. Algooth Putranto, Kepala CENTRIS (Center for Entrepreneurship, Tourism, Information and Strategy) Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid mengatakan peluang Edutech tetap ada namun membutuhkan perhitungan bisnis cermat karena meski pasar Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) terbuka luas, Edutech juga tidak luput dari fenomena tech winter yang turut melanda sektor digital di tanah air.
“Bagi perusahaan rintisan EduTech, kurikulum yang ditetapkan pemerintah sekarang, yaitu Kurikulum Merdeka adalah sebuah peluang. Sekarang mungkin belum (terasa efek positifnya) karena masih berproses di tingkat guru. Ketika nanti para guru sudah paham dan nyaman dengan Kurikulum Merdeka, EduTech justru sangat dibutuhkan untuk menunjang siswa lebih mandiri,” katanya, Rabu (24/1/2024).
Baca Juga: KAI Luncurkan KA Tujuan Garut dan Pangandaran Hari Ini. Berangkat dari Gambir. Ini Jadwalnya
Sampai saat ini, mayoritas tenaga didik di satuan pendidikan umumnya masih perlu lebih memahami tentang Kurikulum Merdeka dan platform Merdeka Mengajar terlebih dahulu. Ketika mereka sudah terbiasa, selanjutnya akan menjadi kesempatan Edutech untuk berkolaborasi dengan para guru dalam memenuhi kebutuhan dan memaksimalkan potensi siswa.
Algooth mengatakan, edutech perlu mendapatkan perhatian khusus guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Sebab, berdasarkan laporan situs Worldtop21.org pada awal tahun 2023, peringkat pendidikan Indonesia berada di posisi ke-67 dari total 209 negara di dunia, sehingga diperlukan aneka metode pengaran dalam menarik minat siswa.
Ia melihat masih banyak perusahaan Edutech yang tidak gulung tikar diterjang tech winter. Salah satunya Pijar Belajar, merupakan platform edutech dari PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom).
Baca Juga: Polisi Ungkap Sebab Kecelakaan Dump Truck di Tikungan Tugu Puncak Bogor
Pijar Belajar memiliki nafas panjang, sehingga mampu memanfaatkan momentum di tengah kebutuhan siswa terhadap materi pembelajaran yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja, tanpa terhalang ruang dan waktu.
Selaras hal tersebut, EVP Digital Business and Technology Telkom, Komang Budi Aryasa, menuturkan, terjangan tech winter juga turut menghantam pasar bimbingan belajar (bimbel) daring yang sempat menjamur di Indonesia. Namun, Pijar Belajar tidak gugur diterjangnya dan tetap berkomitmen terus berperan aktif membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
“Pijar Belajar adalah salah satu produk digital unggulan di bawah payung Leap Telkom Digital. Pijar Belajar dirancang agar para siswa dari tingkat SD sampai SMA bisa mendapatkan suplemen pembelajaran yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja,” tuturnya.
Prof. Suhono Harso Supangkat, Kepala Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan, tech winter semestinya tidak harus terjadi bagi edutech jika menerapkan konsep digital twin.
Baca Juga: Egy Maulana dkk Siap Hadang Jepang. Malam Nanti Mulai Pukul 18.00 WIB
Digital twin adalah konsep berbasis data yang dapat membantu mengumpulkan dan mengolah data, kemudian data tersebut digunakan sebagai insight dalam pengambilan keputusan. Dengan konsep digital learning seperti dari Pijar, maka pola penggunaan pelanggan yang berbasis daring bisa didekati digital twin.
Artikel Terkait
Australia, Uzbekistan, Iran dan UEA Lolos
Indonesia Wajib Raih Kemenangan atas Jepang atau Gagal Lolos ke Babak 16 besar
Egy Maulana dkk Siap Hadang Jepang. Malam Nanti Mulai Pukul 18.00 WIB
Dukung Program Penanaman Serentak Bersama Dishut Jabar, KPH Bandung Utara Distribusikan 18.000 Bibit
KAI Luncurkan KA Tujuan Garut dan Pangandaran Hari Ini. Berangkat dari Gambir. Ini Jadwalnya