FOKUSSATU.ID - Apindo Jabar mencatat sejumlah perusahaan di wilayah Jabar, terutama padat karya, yang tumbang hingga tutup permanen.
Kondisi ini tentu memicu keprihatinan Apindo, dan berharap bersama dengan pemerintah ikut mencari solusi terbaik. Baik bagi keberlangsungan usaha dan juga keberlangsungan tenaga kerja.
Ketua DPP Apindo Jabar Ning Wahyu Astutik menyebutkan belasan ribu pekerja kehilangan pekerjaan akbat beberapa perusahaan yang terpaksa berhenti beroperasi di Jabar.
Baca Juga: Liverpool Puncaki Liga Inggris Geser Arsenal yang Dipecundangi Aston Villa
Antara lain PT. Dean Shoes, PT. Besco Indonesia, PT. Manito World Garment , PT. Eins Trend Garment , PT. Simone Accessary Collection (Cicadas) Garment .
"Di Jabar sendiri industri-industri padat karya banyak yang adanya di kota atau kabupaten dengan upah yang relatif tinggi. Sehingga hal tersebut yang memicu banyaknya relokasi ke daerah lain dengan upah yang lebih kompetitif dengan infrastruktur yang juga menunjang sehingga mengurangi biaya produksi. Misalnya ke Jateng. Adapun perusahaan yang tidak sanggup bertahan, mereka tutup permanen," ujar Ning.
Kondisi itu terekam dalam vidio singkat yang sempat viral, dimana karyawan yang kecewa dan sedih katena kehilangan pekerjaan akibat perusahaan bangkrut. Namun disisi lain masig banyak pula aksi demo butuh meminta upah tinggi.
Diakui Ning, Jabar memiliki realisasi investasi tertinggi dibanding propinsi lain dengan nilai investasi 174,58 Trilyun atau sekitar 14,46 % dari total investasi nasional di tahun 2022.
Baca Juga: Novia Victoria Letta Hadirkan Irawati Boy Rafli di Acara Pesta Rakyat RW 15 Karangmekar Cimahi
Namun terjadi penurunan daya serap tenaga kerja untuk per 1 Triliun investasi dibanding beberapa tahun sebelumnya. Hal ini diakibatkan oleh investor masuk ini lebih banyak padat modal dengan teknologi digital dan robot.
"Seiring waktu memang mau tidak mau Jabar harus bertransformasi ke industri padat modal, digital dan tehnologi tinggi namun untuk saat ini, dengan kualitas pekerja dan pencari kerja dengan background paling tinggi jumlahnya adalah lulusan SD, diikuti SMA/K, SMP, dan Perguruan Tinggi, maka dalam masa transformasi ini, Industri padat karya masih sangat dibutuhkan," tegasnya.
Industri padat karya sendiri memiliki persaingan yang luar biasa, bukan saja antar negara bahkan antar propinsi, utamanya terkait upah. Dengan melemahnya pasar, dan persaingan ketat, maka buyer memilih produsen dengan biaya termurah atau yang paling kompetitif.
Pengusaha berharap para kepala daerah mampu menciptakan kondusivitas dunia usaha, termasuk di dalamnya kepastian dan ketaatan hukum terkait pengupahan. Fokus pada pengembangan SDM, sehingga nantinya mampu bekerja di sektor industri dengan sistem digital dan tehnologi tinggi, yang sekarang sudah mulai masuk di Jabar.
"Apindo siap membantu pemerintah melakukan mapping kebutuhan SDM di industri-industri yang berinvestasi di Jabar," tutupnya.***(011)
Artikel Terkait
Komunitas Masyarakat Dalam Berbagai Bidang dan Profesi Siap Jadi Pilar Terdepan Dalam Antisipasi Hoaks di Pemilu 2024
Diskusi FAMMI, Ramdansyah: Undecided Voters Tunggu Debat Capres Cawapres untuk Tentukan Pilihan
Persib Dipermalukan Persik 0-2, Hasil Positif 14 Kali Berturut-turut Rontok
Novia Victoria Letta Hadirkan Irawati Boy Rafli di Acara Pesta Rakyat RW 15 Karangmekar Cimahi
Liverpool Puncaki Liga Inggris Geser Arsenal yang Dipecundangi Aston Villa