FOKUSSATU.ID - Dengan menjadikan jari-jari tangan kanannya sebagai kuas, Herru Prayogo, mampu melukis bunga yang baru mekar setelah kurva pandemi Covid-19 melandai, Jumat 15 Oktober 2021.
Herru Prayogo mampu menyelesaikan lukisan itu hanya dalam waktu lima menit. Tak pelak, dia pun mendapatkan applaus dari seluruh hadirin.
Ya, Herru adalah pelukis tercepat Asia Tenggara, gelar tersebut didapatkannya tahun 2018, saat melakukan eksebisi melukis secara cepat di Jepang. Tak tanggung-tanggung lukisannya, saat itu juga terjual seharga Rp100 juta rupiah.
Baca Juga: Terjerat Kasus Infrastruktur , KPK Tetapkan Bupati Banyuasin Sebagai Tersangka
Setelah itu, Herru melanjutkannya di kanvas kedua, agar bisa membuat satu rangkaian kalimat utuh yang telah diawalinya dengan kata bunga, dan yang tercipta adalah kapal yang tengah berlayar.
Lagi-lagi lukisan abstrak ekspresionis keduanya, digoreskan Herru dalam waktu singkat, naik sedikit dari lukisan pertama 5 menit 17 detik.
Perform dilakukan Herru dengan ditemani lantunan-lantunan musik yang dibawakan oleh musisi kemanaan Indonesia yang lebih banyak diundang untuk perform di Australia. Mamay Somantri 4S Band.
Baca Juga: Gara-gara Ini Presiden Minta OJK Keluarkan Moratorium Izin Usaha Baru Pinjol
Eksebisi melukis cepat itu sekaligus menjadi pertanda, Herru Prayogo dan rekan pelukis Christ Angels pada malam ini tengah membuka pameran 10 maket Batik Milenial Pesona Indonesia, di ruang atas hotel.
Disebut demikian, karena pameran diselenggarakan, masih dalam rangkaian Hari Batik Nasional.
Sesuai temanya, nama-nama batik yang dipamerkan dua pelukis ini adalah nama-nama gunung yang memang menjadi pesona Indonesia, Banten diwakili Krakatau, Jawa Barat diwakili Tangkupan Perahu, Jawa Tengah diwakili Bromo dan sebagainya.
Baca Juga: BPOM Ingatkan Warga Tak Sembarangan Konsumsi Obat Tradisional
Hasil karya yang oleh pelukisnya disebut batik ini juga masih dipersilahkan kedua pelukisnya, untuk diperdebatkan baik dari sudut pandang budaya indonesia, budaya batik, akademis.
Semua ini tak lain dikarenakan kedua pelukisnya juga cinta batik sebagai warisan budaya tak benda Indonesia oleh Unesco.