peristiwa-daerah

Peningkatan Curah Hujan Sebagai Dampak Dari La Nina

Sabtu, 30 Oktober 2021 | 20:25 WIB
Intensitas hujan tinggi (Foto : Kuanadi Fokussatu.id)

FOKUSSATU.ID - Memasuki musim penghujan perlu di waspadai peningkatan curah hujan sebagai dampak dari La Nina. Hal ini disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). BMKG imbau masyarakat Jawa Tengah.

Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo, mengatakan beberapa hari terakhir ini, hujan sudah sering mengguyur wilayah Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, dan sekitarnya, intensitasnya sudah mulai lebat.

"Bahkan, di wilayah Cilacap pada tanggal 27 Oktober 2021 telah terjadi banjir, yaitu di wilayah Wanareja dan Majenang yang salah satu pemicunya adalah hujan lebat," ujar Teguh Wardoyo, Sabtu (30/10/2021).

Baca Juga: Kemesraan Jang Ki Yong dan Song Hye Kyo Menuai Sorotan Tajam

Ia mengatakan berdasarkan catatan pos pengamatan hujan yang ada di Wanareja, curah hujan pada Rabu (27/10) tercatat 82 milimeter sehingga masuk kategori hujan lebat, sedangkan di Majenang tercatat 77 milimeter dan masuk kategori hujan lebat, serta Dayeuhluhur 52 milimeter dan masuk kategori hujan lebat.

Menurut dia, hujan lebat pada sore hingga malam hari yang terkonsentrasi di wilayah barat Kabupaten Cilacap itu mengakibatkan banjir di daerah tersebut.

Kewaspadaan musim hujan tahun 2021 ini memang harus dimaksimalkan, karena dibarengi dengan berlangsungnya La Nina yang diprediksikan bisa meningkatkan atau menambah jumlah curah hujan berkisar 40 persen hingga 70 persen.

Baca Juga: Akhir Pekan Wilayah Jabar Berpotensi Hujan Ringan

"Wilayah Jawa secara umum dan khususnya Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen) tak luput dari pengaruh La Nina," katanya.

Teguh mengatakan La Nina adalah fenomena global dari sistem interaksi lautan dan atmosfer yang ditandai dengan mendinginnya suhu permukaan laut (SST) di ekuator Pasifik Tengah (Nino 3,4) atau anomali suhu muka laut di daerah tersebut negatif, yakni lebih dingin dari rata-ratanya.

Menurut dia, La Nina secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat bila diikuti dengan menghangatnya suhu permukaan laut wilayah Indonesia.

Baca Juga: Hasil Pertandingan French Open, Dua Wakil Indonesia Harus Saling Mengalahkan di Semifinal

"Anomali dianggap dalam kondisi normal ketika nilainya positif 0,5. Menurut pantauan bahwa pada dasarian I Oktober 2021 anomali tercatat negatif 0,92 atau telah melewati ambang batas La Nina, dan diprakirakan La Nina lemah hingga moderat akan berlangsung hingga Februari 2022," katanya.

Ia mengatakan pemahaman yang salah sering muncul di masyarakat mengenai La Nina, di beberapa media baik cetak maupun elektronik sering menggunakan istilah "Badai La Nina" untuk pemberitaan, sehingga masyarakat pun akhirnya mengikuti dan menggunakan istilah yang salah tersebut.

Halaman:

Tags

Terkini