Bukan Sekadar Reaktif, Tapi Proaktif
Banyak negara berkembang kini mulai bangkit karena melihat sistem keuangan global lama tidak lagi menjamin kestabilan dan kedaulatan. Haidar Alwi menegaskan, Indonesia harus menjadi negara yang proaktif dalam membangun posisi, bukan hanya bereaksi ketika tekanan datang dari luar.
“Kita tidak bisa terus jadi pengguna sistem yang dirancang orang lain, kita harus punya alat kita sendiri,” tegas Haidar Alwi.
Dalam menghadapi perubahan ini, Indonesia membutuhkan keberanian politik, kecerdasan strategis, dan kesiapan infrastruktur digital untuk bisa bersaing dalam sistem yang semakin multipolar.
Baca Juga: Tiga Kantor Cabang Bulog di Jabar Masuk 5 Besar Nasional dalam Serap Gabah petani
"Ini bukan soal mengikuti China atau meninggalkan Amerika. Ini soal membangun ruang manuver nasional yang luas dalam dunia yang tidak lagi serba tunggal,"ucapnya.
Haidar Alwi mengingatkan bahwa dominasi dolar bukanlah hukum alam. Itu kata dia adalah hasil dari struktur, kekuasaan, dan narasi yang selama ini dipertahankan oleh sistem yang didesain Amerika. Akan tetapi, saat negara-negara lain membangun sistem yang berbeda dan berhasil, maka dominasi itu mulai luntur.
Baca Juga: Len dan Kemendiktisaintek berkolaborasi Dorong Ekosistem Riset dan Pengembangan Teknologi
"Indonesia harus sadar bahwa kita tengah berada di titik persimpangan besar. Dunia sedang menulis ulang aturan permainannya. Yang dulu kuat belum tentu tetap memimpin. Yang dulu pengikut, bisa jadi pionir jika berani berpikir dan bertindak ke depan,"kata Haidar.
"Saat yuan naik panggung dan dolar mulai turun perlahan, kita punya dua pilihan, ikut membentuk panggung baru, atau hanya menjadi penonton setia yang ditinggal sejarah. Dan Indonesia terlalu besar untuk sekadar menjadi penonton,"tandasnya.***