Pendiri Haidar Alwi Institute Tanggapi Tatanan Ekonomi Global Saat ini, China Guncang Dolar Amerika, Indonesia Harus Siapkan Solusi Nyata

photo author
- Minggu, 1 Juni 2025 | 11:02 WIB
R. Haidar Alwi Pendiri Haidar Alwi Institute
R. Haidar Alwi Pendiri Haidar Alwi Institute

Untuk itu Hadiri berharap, sebagai bangsa yang sedang berjuang untuk memperkuat posisi di kancah global, Indonesia tidak boleh sekadar menjadi penonton dalam dinamika ini. Justru hal ini kata Haidar harus menjadi momen penting untuk menentukan posisi Indonesia di masa depan.

"Apakah tetap menjadi pengguna setia sistem lama yang mulai melemah, atau mulai beradaptasi dengan arsitektur baru yang tengah dibangun?,"ungkapnya.

Dimana posisi Indonesia dalam peta rekonstruksi ekonomi global ini?

Menurut Haidar Alwi, Indonesia memiliki tiga agenda strategis yang harus segera didefinisikan secara tegas, di antaranya:

1. Kemandirian Sistem Pembayaran dan Pembiayaan Proyek Nasional

Dimana Indonesia selama ini terlalu tergantung pada sistem SWIFT dan lembaga keuangan Barat dalam hal pembiayaan dan pembayaran proyek strategis. Jika tren global terus mengarah pada diversifikasi sistem keuangan, maka Indonesia perlu mulai membangun sistem pembayaran lintas negara berbasis rupiah, atau paling tidak, menjalin kerja sama bilateral dengan sistem keuangan alternatif seperti CIPS dan e-CNY.

Baca Juga: BAZNAS Jabar Angkat Suara Terkait Tuduhan Kriminalisasi Terhadap Mantan Pegawainya 

"Bayangkan proyek infrastruktur nasional seperti tol, pelabuhan, hingga pembangkit listrik, bisa dibiayai dan dibayar lintas negara tanpa harus terikat dolar. Ini akan memberikan ruang fiskal yang jauh lebih fleksibel dan memperkuat posisi negosiasi Indonesia di mata mitra dagang luar negeri,"ujarnya.

2. Integrasi Rupiah Digital dalam Ekosistem Perdagangan ASEAN

Jika Tiongkok telah sukses membangun mata uang digital resmi mereka dan mengujicobakan penggunaannya di zona perdagangan strategis, maka Indonesia tidak boleh tertinggal. Rupiah digital harus segera dikembangkan dengan cakupan prioritas, integrasi pembayaran untuk perdagangan antar-ASEAN.

Dengan lebih dari 650 juta populasi dan nilai perdagangan regional yang terus meningkat, ASEAN dapat menjadi kawasan percontohan sistem pembayaran digital lintas negara yang tidak bergantung pada dolar. Indonesia, sebagai negara dengan ekonomi terbesar di kawasan, harus menjadi penggeraknya.

Baca Juga: Maruarar Sirait Siapkan Investasi Rp100 Miliar untuk Membeli Saham Persib Bandung

3. Reorientasi Cadangan Devisa dan Strategi Diversifikasi Mitra Keuangan

Sampai hari ini, sebagian besar cadangan devisa Indonesia masih tersimpan dalam bentuk obligasi pemerintah AS. Namun dengan penurunan permintaan terhadap obligasi tersebut (menurut Bloomberg, kepemilikan institusi Asia atas utang AS turun 12 persen hanya dalam kuartal pertama 2025), maka saatnya Indonesia mempertimbangkan diversifikasi cadangan devisa ke aset lain, termasuk mata uang mitra dagang utama yang stabil dan menguntungkan secara jangka panjang.

Lebih dari itu, Indonesia harus mulai membangun kerja sama dengan negara-negara BRICS+, termasuk dalam penyusunan platform harga komoditas yang tidak didominasi dolar. Indonesia adalah salah satu eksportir utama batu bara, nikel, dan CPO. Jika harga komoditas ini bisa dinegosiasikan dalam mata uang selain dolar, maka Indonesia bisa mendapatkan ruang ekonomi yang lebih adil dan berdaulat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Asep Fokussatu

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Rekomendasi

Terkini

Final Piala Dunia U 17, Austria Tantang Portugal

Selasa, 25 November 2025 | 14:06 WIB

Piala Dunia U17, Laga Pertama di Grup C Sama Kuat

Selasa, 4 November 2025 | 07:46 WIB

Ousmane Dembele Raih Ballon d Or 2025

Selasa, 23 September 2025 | 07:06 WIB
X