Gus Ahad: Mural Cambukan Pemerintah untuk Mawas Diri

photo author
- Kamis, 2 September 2021 | 22:21 WIB
Wakil Ketua Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat (Jabar)  (Abdul Hadi Wijaya / Fokussatu)
Wakil Ketua Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat (Jabar) (Abdul Hadi Wijaya / Fokussatu)

FOKUSSATU.ID - Wakil Ketua Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat (Jabar) Abdul Hadi Wijaya mengatakan, pemerintah pusat maupun daerah bisa mengambil dampak positif dari mural yang dinilai mengkritik. Pasalnya, mengekspresikan aspirasi (melalui mural) merupakan hak semua warga dunia.

"Adanya fenomena mural ini tidak menjadikan negatif. Pemerintah harus bijak menanggapi hal ini. Sebab, ini merupakan pecutan untuk memicu penyelenggaran negara (pemerintah) untuk mawas diri dan memperbaiki diri," ucap Abdul Hadi saat dihubungi di Bandung, Kamis (02/09/2021).

Gus Ahad--Sapaan Akrab Abdul Hadi Wijaya itu menjelaskan, fenomena mural sudah terjadi sejak jaman dulu. Ia mencontohkan, mural yang ramai saat pra-kemerdekaan Indonesia.

"Pada kemerdekaan 1945 pun banyak potonya. Seperti di Surabaya dan Jakarta. Di tembok banyak gambar yang ingin merdeka, walapun berbahasa Inggris pada jaman tahun 45 itu," jelas Gus Ahad sembari mengajak brosing mural pra-kemerdekaan.

Baca Juga: Pengamat Politik: Mural Ekspresi Kegelisahan Masyarakat

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu pun kembali menggambarkan, fenomena mural pun sudah terjadi sejak lama di berbagai negera. Bahkan dinilai sebuah hal yang biasa.

Gus Ada menuturkan, seperti halnya mural di sebuah tembok pembatas terbuat dari beton yang dibangun oleh Republik Demokratik Jerman (Tembok Berlin).

"Kita juga lihat diberbagai negara sebuah hal yang biasa, waktu peristiwa Berlin ada semacam sebuah panggung mural di seluruh dunia. Sehingga tembok berlin di jebol, dari sisa dinding ada warna-warninya menjadi sesuatu yang bisa," tutur Gus Ahad.

"Mural di Berlin dijadikan sompenir. Karena nilai sejarahnya luar biasa," tambah Gus Ahad yang ramah itu.

Legislator Dapil 10 (Karawang-Purwakarta) itu kembali menjelaskan, mural saat ini menggambarkan ketidakpuasan pada masyarakat sudah semakin meningkat. Pasalnya, bukan hanya sebatas celotehan di teks ataupun poto.

"Nah ketika sekarang muncul, menjadi satu hal yang menarik. Maka ini seseungguhnya satu tahapan ketidakpuasan ini sampai tergagaskan untuk dalam bentuk tulisan mural,"jelas Gus Ahad.

Berdasarkan hasil survei Vox Populi, ungkap dia, ketidakpuasan masyarakat terhadap kepemimpinan Joko Widodo mulai turun. Gus Ahad pun menduga mural tersebut sebagai bentuk protesnya.

"Kalau kita lihat di internet, dilihat dari survei Vox Populi ketidakpuasan jokowi turun dan disampaikan coretan mural sebagai bentuk mural mirip Pak Jokowi," ungkapnya.

Terkait penghapusan dan di nilai anti kritik, Gus Ahad menyampaikan mural akan semakin bermunculan di setiap daerah. Seperti pepatah, Mati Satu Tumbuh Seribu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Fazar

Tags

Rekomendasi

Terkini

X