FOKUSSATU.ID - Dalam peristiwa G30S telah terjadi penculikan terhadap 7 orang anggota TNI Angkatan Darat. Bahkan jasad 7 orang yang kemudian diangkat menjadi pahlawan revolusi itu ditemukan di sebuah sumur di kawasan Lubang Buaya. Pemerintah mengungkap bahwa dalang dari peristiwa berdarah tersebut adalah Partai Komunis Indonesia (PKI). Tokoh penting dalam partai PKI adalah DN Aidit, dirinya sebagai Ketua Comitte Central dari partai PKI.
Namun tak banyak yang mengetahui siapa sebenarnya DN Aidit yang menjadi perbincangan dan erat kaitannya dengan peristiwa G30S/PKI tersebut.
DN Aidit memiliki nama lengkap yaitu Dipa Nusantara Aidit, ia merupakan seorang lelaki yang lahir di Tanjung Pandan, Bangka Belitung pada 30 Juli 1923. Dirinya diketahui merupakan anak dari pasangan Abdullah bin Ismail.
Baca Juga: Peristiwa G30SPKI Tak Lepas Dari Hari Kesaktian Pancasila
Sang ayah dari DN Aidit sendiri diketahui aktif dalam berbagai bidang seperti pengajaran agama Islam. Bahkan tak hanya itu, melalui salah satu sumber menyebutkan bahwa Abdullah merupakan tokoh gerakan pemuda di Bangka Belitung.
Perkembangan pemikiran DN Aidit baru dimulai pada tahun 1940 saat dirinya memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Dari sanalah DN Aidit memulai mengetahui beberapa macam teori sosial hingga akhirnya tertarik pada paham komunis, dan membawa dirinya aktif dalam partai yang memiliki haluan serupa yaitu PKI.
Bahkan tak lama setelah bergabung dengan PKI dirinya diketahui langsung mendapatkan posisi sebagai Sekretaris Jenderal atau Sekjen. Tak lama setelahnya, dirinya pun ditunjuk menjadi Ketua CC-PKI.
Hingga setelah Pemilu tahun 1955 yang menghasilkan suara cukup banyak untuk PKI, DN Aidit diketahui masuk dalam kabinet pemerintah yaitu menjadi Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara atau MPRS.
Setelah meletusnya peristiwa G30S pemerintah resmi menetapkan DN Aidit dan PKI sebagai pihak yang melakukan upaya pemberontakan terhadap pemerintah. Oleh sebab itu dirinya pun diburu dan dihukum. DN Aidit akhirnya ditangkap di Surakarta, Jawa Tengah dan langsung dibawa ke daerah Boyolali untuk dilakukan eksekusi atas perbuatannya yaitu pada 22 November 1965..**
Artikel Terkait
Upaya Percepatan Vaksin, Pangdam III/Siliwangi dan Forkopimda Jabar Lakukan Safari Vaksinasi
Pangdam III Siliwangi Bersama Plt Wali Kota Cimahi Tinjau Pelaksanaan Vaksin di Baros Cimahi
Ini Kelebihan Ambulance Yang Diserahkan Pangdam III/Siliwangi Kepada Jajaran Kodam III/Siliwangi
Lewati Jalur Hutan Bandung Utara, Perhutani Dampingi Pangdam III Siliwangi Tinjau Serbuan Vaksinasi dan Kegiat
Peristiwa G30SPKI Tak Lepas Dari Hari Kesaktian Pancasila