FOKUSSATU.ID-Penanganan limbah covid 19 yang jumlahnya belasan ton perhari harus ditangani dengan tepat. Jika tidak akan berdampak buruk bagi lingkungan ataupun kesehatan masyarakatnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Barat (Jabar) Dr Ir Prima Mayaningtyas mengatakan Kota Cirebon adalah contoh baik dalam menangani sampah medis covid 19 tersebut.
"Kalau Kota Cirebon sudah bagus, dia kalau di plastik kuning dia berikan kemudian yang isoman itu diambilnya setiap 2 hari sekali," ujar Prima, belum lama berselang.
Contoh lain di RT tempat tingganya (tidak disebut lokasinya) dikasih spanduk sebagai penanda pengambilan sampahnya.
" Ini lagi isoman jadi kalau sudah isoman teridentifikasi kemudian limbah medis isoman itu dipisahkan, nah kalau sudah dipisahkan kemudian limbah isomannya ada yang mengambil kemudian dimasukkan ke fasyankes langsung digabung di puskesmas," katanya.
Lantas agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, limbah medis yang berada di fasyankes kemudian diangkut oleh tranpsporter berizin resmi untuk dikirim ke pihak ketiga, kemudian dimusnahkan dengan menggunakan insenerator.
Terdapat tujuh perusahaan yang bertugas untuk mengolah dan memusnahkan limbah medis Covid-19 di Jawa Barat.
Tujuh perusahaan tersebut, tiga ada di Karawang, dua ada di Bekasi, satu di Bogor, satu lagi di Sukabumi.
"Jadi memang ada perusahaan-perusahaan yang memang bertugas untuk mengolah limbah B3. Kemudian setelah itu diproses lebih lanjut dipengolah tersebut bagaimana menghabiskan limbah medis ini dengan insinerator di suhu lebih dari 1000 derajat celcius, kemudian abunya juga harus dikelola dengan baik ditimbun sebagaimana peraturan yang berlaku oleh pihak ketiga tersebut," bebernya.
Ia mengungkapkan Kapasitas insenerator Jawa Barat cukup besar 155,04 ton perhari, sehingga masih memungkinkan limbah mrdis masuk ke insenerator.(gus)
