FOKUSSATU.ID – Indonesia terus menggenjot energi baru terbarukan untuk listrik yang ditargetkan menggantikan energi fosil maksimal tahun 2060 mendatang. Salah satunya melalui pengembangan energi tenaga surya atau PLTS.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki PLTS terbesar di Asia Tenggara, yakni PLTS Apung Cirata (PLTSA).
Presiden Direktur PT Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi (PMSE) Dimas Kaharudin Indra Rupawan mengatakan PLTS Apung Cirata ini berdiri di lahan seluas 200 hektare yang terbagi ke dalam 13 blok dan dilengkapi lebih dari 340 ribu panel surya.
Setiap tahunnya, fasilitas ini mampu menghasilkan sekitar 245 juta kWh energi ramah lingkungan, cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik lebih dari 50 ribu rumah tangga.
Baca Juga: Lembang Park & Zoo Gelar ZOORUN, Perkenalkan Konservasi Komodo Tanpa Jantan
“PLTS Apung Cirata turut berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon hingga lebih dari 200 ribu ton per tahun. PLTS Terapung Cirata menjadi tonggak penting dalam perjalanan Indonesia menuju transisi energi bersih dan target Net Zero Emission atau NZE pada tahun 2060,” ujarnya.
Dibangun sejak 5 tahun lalu, dan mulai beroperasi pada November 2023, pembangkit ini menghasilkan energi hijau sebesar 192 megawatt peak (MWp) yang mampu menyuplai kebutuhan listrik bagi 50 ribu rumah.
"Jika dihitung kebutuhan listrik nasional, PLTSA Cirata, menyuplai 1/1000 di antaranya. Dalam satu tahun, kita memproduksi 300 GWh listrik," ungkap Dimas.
Artinya untuk memenuhi kebutuhan energi hijau, Indonesia harus membangun seribu lokasi PLTSA sebesar PLTSA Cirata. Upaya itu memang terasa mustahil, namun jika melihat potensi yang ada, seharusnya pengebangan PLTS dapat terus dilakukan.
Baca Juga: Marak Kasus Prostitusi Online di Apartemen, P3RSI Jabar Panggil Semua Agen untuk Perketat Aturan
“Upaya itu sudah sejalan, beberapa waduk, seperti Saguling di Jabar juga sudah dipersiapkan. Potensinya masih sangat besar,” tegas dia.
Menurut Dimas, pembangunannya bisa dikerjasamakan dengan investor asing seperti halnya PLTSA Cirata, namun tetap dengan memaksimalkan pekerja dan bahan baku lokal. Melibatkan industri atau bahkan UMKM lokal untuk memasok kebutuhan Pembangunan PLTS, seperti yang dilakukan di PLTSA Cirata.
Akselerasi energi hijau dapat dibangun melalui sistem kelistrikan rendah emisi melalui pemanfaatan EBT, elektrifikasi lintas sektor, dan integrasi teknologi pintar. Dengan langkah ini, Indonesia bergerak menuju sistem energi yang andal, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
PLN sebagai BUMN pun mendukung upaya ini dan siap untuk menyerap listrik dari pembangkit yang memakai energi terbarukan.