FOKUSSATU.ID - Yayasan KEHATI bekerjasama dengan EBSI dan didukung oleh SBM ITB sebagai tuan rumah melakukan diseminasi hasil kajian strategis bertajuk “Identifikasi dan Pemetaan Emiten IHSG dan Penerbit Obligasi Berdasarkan Taksonomi OJK untuk Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI) 2024.”
Kegiatan ini menghadirkan perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), akademisi, manajer investasi, hingga pelaku pasar modal untuk membahas arah dan tantangan investasi berkelanjutan di Indonesia.
Dalam sambutan pembuka, Riki Frindos, Executive Director Yayasan KEHATI, menekankan pentingnya transisi dari ekonomi energi tinggi karbon ke rendah karbon juga transisi dari ekonomi linier ke ekonomi sirkular demi memperkuat ekonomi berkelanjutan.
Baca Juga: Hanya Dua Pelatih Bisa Bawa Persib Bandung Back to Back
Ia menyatakan bahwa tantangan utama saat ini terletak pada standar keberlanjutan yang belum seragam. “Jika standar ini diatur dengan lebih jelas dan mudah, investor akan lebih percaya diri dalam mendukung transisi menuju keberlanjutan,” ujarnya.
Prof. Ignatius Pulung Nurprasetio, Dekan SBM ITB turut menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kajian ini. Ia menyampaikan bahwa ekonomi sirkular bukan hanya menciptakan sistem yang efisien, tetapi juga dapat memperbaiki kualitas hidup dan menurunkan tingkat mortalitas yang disebabkan oleh dampak karbon.
Direktur Keuangan Berkelanjutan OJK, Joko Siswanto, menekankan pentingnya Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI) sebagai panduan aktivitas ekonomi berkelanjutan.
“Pertumbuhan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari faktor lingkungan dan sosial. Karena itu, kebijakan keuangan berkelanjutan harus menyeimbangkan tiga aspek utama: ekonomi, lingkungan, dan sosial,” jelas Joko.
Baca Juga: KDM Ikut Konvoi Merayakan Persib Juara BRI Liga 1
TKBI menjadi panduan sebagai pengelompokkan aktivitas ekonomi berdasarkan tingkat keberlanjutannya. Dalam hal tersebut, TKBI menjadi instrumen penting dalam implementasi UU P2SK, sinkronisasi kebijakan lintas lembaga, dan mendorong portofolio hijau industri. TKBI dikembangkan berdasarkan tiga prinsip: Scientific and Credible, Interoperabel, dan Inklusif.
Sementara, Dr. Yunieta Anny Nainggolan, Associate Professor Sustainable Finance SBM ITB sekaligus Direktur Eksekutif Economic and Business Sustainability Institute (ESBI), memaparkan hasil kajian pemetaan terhadap 46 emiten dan penerbit obligasi di sektor energi dan pertambangan di Indonesia.
Kajian yang dipaparkan tersebut didukung oleh Yayasan KEHATI dengan hasil evaluasi bahwa terdapat 12 entitas atau sekitar 26% yang berhasil memenuhi kriteria “hijau” dan 8 entitas (sekitar 15%) yang memenuhi kriteria transisi, berdasarkan taksonomi TKBI 2024.
“Hal Ini menunjukkan tantangan besar sekaligus peluang untuk peningkatan. Adanya entitas yang memenuhi kedua kriteria setidaknya menunjukkan bahwa praktik terbaik (best practices) telah ada dan bisa direplikasi untuk entitas atau emiten yang lain,” kata Yunieta.***(011)
Artikel Terkait
Kembali Persib Raih Juara Liga 1, Bupati Bandung Dadang Supriatna Ucapkan Selamat Buat Persib dan Bobotoh
Bupati Bandung Buka Musrenbang RPJMD 2025-2029 Menuju Bandung Lebih Bedas
DP3AKB Jabar Ungkap Kasus Kekerasan Terhadap Anak Capai 2939 Untuk Perempuan Sebanyak 1145
KDM Ikut Konvoi Merayakan Persib Juara BRI Liga 1
Hanya Dua Pelatih Bisa Bawa Persib Bandung Back to Back