FOKUSSATU.ID - Sudahkah menjadi ibu rumah tangga yang bahagia?
Dengan gelar mulia yang disandang ini. Ada banyak ibu-ibu bahagia yang mampu menikmati perannya dalam menyaksikan momen tumbuh kembang anak dan juga memori termanis dalam setiap episode kehidupannya.
Namun faktanya, tak semua ibu bisa merasakan kebahagiaan serupa dalam menjalani rumah tangga yang diimpikan sebelumnya.
Baca Juga: Pemkot Bandung dan TNI AD Kerja Sama Pengelolaan Sampah Terpadu
Karena tak semua ekspektasi bisa terealisasi!
Menjadi ibu rumah tangga bukan perkara mudah.
Ada banyak hal yang harus dilakukan, sementara apresiasi hanya sedikit yang bisa diterima.
Salah satu hal tersulit menjadi ibu rumah tangga yang tinggal di rumah adalah menjaga keseimbangan antara waktu untuk diri sendiri dan keluarga, bahkan yang lebih dramatis lagi adalah saat merasa kehilangan identitas. Dari sinilah, awal mula timbulnya kerumitan yang menjadikannya kehilangan kadar kewarasan.
Baca Juga: Masuki Musim Hujan, Polres Tasikmalaya Kota, Dirikan Posko Siaga Bencana
Dengan banyaknya masalah yang harus dihadapi, tak jarang para ibu mengalami depresi dan menjadi kurang percaya diri. Seiring dengan fokusnya yang harus tercurahkan kepada urusan rumah, waktu seharian rasanya tak pernah cukup! Akibatnya, ibu akan merasakan kurangnya waktu untuk istirahat, tak ada pencapaian yang memberikannya kebanggaan. Apalagi momen untuk berdandan, juga mengapresiasikan diri untuk mengembangkan potensi dalam dirinya agar berkembang.
Padahal, menjadi ibu rumah tangga yang totalitas mengurus dan merawat keluarga adalah sebuah anugerah terindah. Di mana status sebagai ibu, menuju jalan menggapai pahala tiada batas. Serta karirnya menjadi wanita terbaik, dalam bertanggung jawab memimpin rumah suaminya yang mendapat pujian Allah Ta’ala.
Dari Ibnu’ Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، فَالإِمَامُ رَاعٍ ، وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالرَّجُلُ فِى أَهْلِهِ رَاعٍ ، وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالْمَرْأَةُ فِى بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهْىَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban mengenai kepemimpinannya. Kepala negara adalah pemimpin dan ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai kepemimpinan pada rakyatnya. Kepala keluarga adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai kepemimpinannya tersebut. Seorang wanita menjadi pemimpin di rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggungjawaban mengenai hal itu.” (HR. Bukhari no. 2409)