FOKUSSATU.ID - Sebagai upaya mencari keridaan Allah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, umat muslim melakukannya dengan cara I’tikaf.
Selain itu juga I’tikaf dilakukan umat muslim untuk menjauhkan diri dari hal hal yang buruk serta untuk bermuhasabah atas perbuatan-perbuatan yang sudah dilakukan.
I’tikaf biasanya bayak dilakukan umat muslim saat memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadan. I’tikaf juga dilakukan untuk memaksimalkan ibadah di bulan suci Ramadhan.
Baca Juga: DPRD Kota Bandung Dukung Wujudkan Kualitas Olahraga di Kota Bandung
Salah satu amalan sunnah yang biasa dilakukan umat muslim adalah i’tikaf. I'tikaf memiliki keutamaan yang besar, terlebih menjadi bagian dari upaya meraih keutamaan lailatul qadar.
I’tikaf adalah berdiam diri di dalam masjid. Orang yang sedang beri'tikaf disebut mu'takif.
Demi meraih keutamaan yang lebih besar, yakni lailatul qadar seorang muslim dapat memperbanyak ragam niatnya, seperti berniat mengunjungi dan menghormati masjid sebagai rumah Allah.
Selain itu juga memperbanyak amalan seperti berzikir dan mendekatkan diri kepada-Nya, mengharap rahmat dan rida-Nya, bermuhasabah, mengingat hari akhir, mendengarkan nasihat dan ilmu-ilmu agama, bergaul dengan orang-orang saleh dan cinta kepada-Nya, dan sebagainya.
Waktu i’tikaf di bulan Ramadan
I’tikaf boleh dilakukan kapan saja. Namun, i'tikaf pada pada 10 malam terakhir di bulan suci Ramadan memiliki banyak keutamaan.
Meminjam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Aisyah Radhiyallaahu anha (RA) berkata:
"Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan hingga beliau diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beri’tikaf setelah beliau wafat”. (Muttafaqun ‘alaih).
Tata cara i’tikaf