Cililin dan Sinyal Radio Pertama yang Menembus Belanda

photo author
- Selasa, 17 Agustus 2021 | 01:55 WIB
Gedung stasiun radio Nirom di Cililin, Kabupaten Bandung Barat (istimewa)
Gedung stasiun radio Nirom di Cililin, Kabupaten Bandung Barat (istimewa)

 

BANDUNG BARAT. Indonesia memiliki banyak peninggalan sejarah dari masa penjajahan. Bangunan-bangunan serta infrastuktur peninggalan Belanda masih banyak terlihat diberbagai daerah di Indonesia.

Di Jawa Barat, banyak bangunan bersejarah yang masih terlihat kokoh. Ada yang terurus dan dialihfungsikan menjadi gedung pemerintahan, adapula yang menjadi pusat perkantoran. Tak sedikit juga yang terbengkalai bahkan rusak. Biasanya hal ini karena status kepemilikan tanah yang masih dikuasai masyarakat ataupun swasta.

Salah satu bangunan yang menjadi saksi sejarah keberadaan penjajah Belanda di Indonesia, khususnya di Jawa Barat adalah Stasiun Radio Cililin atau Nederland Indiesch Radio Onnelanden (NIROM).

Bangunan di atas tanah seluas 37 hektare itu dinamai gedung Bedrief, yang kemudian disebut gedung Telekomunikasi bernama Telepoonken dan mulai beroperasi pada 1914.

Pembangunan gedung yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda itu bertujuan sebagai sumber informasi untuk mempertahankan daerah jajahan menjelang Perang Dunia I.

Alasan pemilihan Cililin sebagai pusat telekomunikasi lantaran daerah tersebut cukup tersembunyi karena berada di balik perbukitan. Dengan demikian, lokasi tersebut dinilai cukup aman jika terjadi gempuran terhadap pusat-pusat militer Belanda yang tersebar di Batujajar, Cimahi, dan Bandung sejak 1805.

Pada Tahun 1924, Telepoonken dijadikan pemancar radio tanah jajahan dan beganti nama menjadi Nirom. Sejak itu, perlengkapan komunikasi beralih dari telepon menjadi radio.

Stasiun radio Nirom sendiri memiliki catatan sejarah yang sangat besar. Sinyal radio Cililin ini merupakan sinyal pertama yang sampai ke Belanda. Gelombang radio ini diterima oleh stasiun sementara yang berada di Blaricummermeent, Belanda pada tahun 1919.

Di bulan April 1919, pegawai radio bernama Roelof Visser menerima sinyal dari Jawa. Sinyal pertama ini datang dari Cililin, disusul sinyal dari Stasiun Radio Malabar yang tiba beberapa saat kemudian.

Stasion radio Cililin sendiri mulai dioperasikan pada bulan Agustus 1918. Seperti halnya Malabar, stasiun yang juga berada di tengah hutan ini berfungsi sebagai stasiun pemancar.

Karena sukses menjadi pendamping bagi Malabar, stasiun radio ini diperbesar di tahun 1926. Perbaikan stasiun Cililin tersebut membuat pemerintah menutup stasiun radio di Situbondo.

Seiring dengan berhentinya kegiatan radio di Malabar, stasiun ini pun ditinggalkan. Sampai sekarang, bangunan utama stasiun Cililin yang terletak di Jalan Radio, Cililin,Kabupaten Bandung Barat ini masih bertahan. Sayangnya, kondisi bangunan yang kokoh itu tak terurus lantaran status kepemilikan tanah yang masih dikuasai warga setempat.

Menurut keterangan warga sekitar, ada empat gedung yang berada dalam satu komplek dengan Gedung Bedrijf yaitu, Gedung diesel, gedung peredam suara, gedung pengatur cuaca, dan gedung pemancar. Saat ini, yang tersisa hanya gedung pemancar.

Dalam bukunya yang berjudul Gedung Telepoonken dan Nirom yang diterbitkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung Barat pada 2017, bangunan radio itu mulai tak terawat ketika Belanda terusir karena Jepang mulai menjajah Indonesia pada 1942.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Asep Fokussatu

Tags

Rekomendasi

Terkini

X