FOKUSSATU.ID - Tingginya beberapa harga komoditas internasional saat ini, tentunya menjadi dampak positif bagi Indonesia. Pasalnya, dalam kondisi sekarang dengan lonjakan harga komoditas internasional ini, tetntunya memberikan tambahan penerimaan negara yang besar, bahkan bisa membantu cicilan utang pemerintah.
Mulai dari harga batu bara yang kembali menggila dalam dua pekan terakhir, hingga harga minyak mentah yang justru kian merosot dalam dua pekan terakhir.
Seperti dilansir dari laman resmi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Indonesia, saat ini harga batu bara terus menanjak akibat peningkatan permintaan hingga sempat hampir menyentuh US$ 400/ton.
Baca Juga: INFO Jadwal SIM Keliling Kota Depok Hari Rabu 29 Juni 2022, ini Lokasinya
Harga batu bara yang tinggi, ditambah minyak mentah yang merosot, tentunya memberikan keuntungan bagi Indonesia. Pendapatan dari ekspor batu bara meningkat, sebaliknya beban impor minyak mentah berkurang.
Sepanjang pekan lalu, harga batu bara kontrak dua bulan di Ice Newcastle Australia melesat nyaris 8% ke US$ 387/ton. Sementara dalam dua pekan terakhir total kenaikannya sebesar 12,2%.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di pekan lalu tercatat turun 1,8% ke US$ 107,62/barel, setelah sebelumnya sempat jeblok nyaris ke bawah US$ 100/barel.
Baca Juga: Inisiatif, Dua Gerai Holywings di Kota Bandung Tutup Operasional
Dalam dua pekan, total minyak WTI jeblok lebih dari 10%. Sementara itu minyak jenis Brent merosot 7,3%. Hal ini disebabkan tingginya inflasi membuat Eropa hingga Amerika Serikat terancam mengalami resesi.
Berdasarkan sumber dari laman resmi Kementerian Keuangan Indonesia, tahun ini diperkirakan pemerintah mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 420 triliun. Tentu tidak hanya batu bara, namun juga sederet komoditas lain memiliki kontribusi, seperti nikel, bauksit, tembaga, emas hingga minyak kelapa sawit.
Dana tersebut kemudian dialihkan lagi untuk subsidi energi, baik itu bahan bakar minyak (BBM), LPG 3 kg dan listrik di bawah 3000 VA. Sehingga masyarakat tidak perlu menerima beban di saat baru beranjak pulih dari pandemi covid-19.
Baca Juga: Dorong Transaksi Cashless, Ini Program Menarik Penyedia Aplikasi Keuangan Digital
Pemerintah juga mampu mengurangi defisit anggaran, dari yang tadinya 4,85% PDB menjadi 4,5% PDB. Tentu ini menjadi kabar baik, karena pemerintah tidak perlu menambah utang lebih banyak.
Pembayaran cicilan utang pemerintah juga lancar. Meskipun utang tahun ini jatuh tempo sebesar Rp 400 triliun, namun pemerintah tidak ada kesulitan pembayaran. Sesuatu yang kini sedang diderita oleh beberapa negara di Asia Selatan dan Afrika.
Artikel Terkait
Pameran Kuliner Bandung West Java Food And Beverage Expo 2022 Resmi Digelar
Apa Itu DPLk dan Mamfaat Untuk Masa Depan Lebih Baik, Mudah Menariknya, Bebas biaya Pendaftaran
Faktor di Balik Kemajuan Industri BPD Tanah Air, Simak Rahasianya
Kemenkominfo Cari 25 Startup Terbaik untuk Diberi Pendampingan, Akses Pendanaan dan Kerjasama Bisnis
Dorong Transaksi Cashless, Ini Program Menarik Penyedia Aplikasi Keuangan Digital