khazanah

Cerita Debat Sunan Kalijaga dan Sunan Giri Soal Hukum Wayang

Jumat, 18 Februari 2022 | 13:01 WIB
Pertunjukkan wayang kulit oleh Dalang Ki Sunardi (ilustrasi)

FOKUSSATU.ID – Belakangan ramai diperbincangkan mengenai Hukum Wayang. Usai pernyataan Ustadz Khalid Basalamah dalam sebuah ceramahnya yang dianggap telah mengharamkan keberadaan wayang, sejumlah seniman maupun ulama memberi komentar terkait pernyataan Ustadz Khalid Basalamah itu. 

Terbaru, ulama muda Nahdlatul Ulama (NU) Gus Baha menceritakan bagaimana Wali Songo sempat berdebat terkait wayang. Mereka memperdebatkan mengenai hukum haram atau tidaknya wayang. 

Semula, Sunan Kalijaga ingin berdakwah melalui media wayang yang saat itu merupakan kesenian tradisional yang amat melekat di masyarakat Jawa.

Metode ini dinilai akan efektif menarik masyarakat untuk memeluk Islam. Pasalnya, wayang amat sangat digandrungi masyarakat kala itu. 

Baca Juga: Soal Hukum Wayang, Ini Penjelasan Gus Baha, Dipakai Dakwah Sunan Kalijaga, Diharamkan Sunan Giri 

Permintaan Raja Kesultanan Demak, Raden Fatah dan keinginan Sunan Kalijaga yang berharap bisa menggunakan wayang sebagai media dakwah, sempat terbentur Hukum Wayang. Hingga akhirnya wayang menemukan jalannya.

Namun, wayang yang digunakan Sunan Kalijaga adalah wayang thengul yang berbentuk arca atau manusia. Sunan Giri pun tak setuju lantaran wayang thegul memiliki bentuk yang menyerupai manusia.

Secara hukum menurut Sunan Giri, orang yang membuat patung manusia di akhirat nanti akan dihukum Allah dengan diperintahkan meniupkan ruh ke dalamnya. Perdebatan antara Sunan Kalijaga dan Sunan Giri sempat membuat keduanya bersitegang. Kemudian datang Sunan Kudus sebagai tokoh yang lebih alim, lebih tinggi tingkat ilmu keislamannya. Sunan Kudus datang untuk menengahi Sunan Kalijaga dan Sunan Giri.

Masih diceritakan Gus Baha, Sunan Kudus memberikan ide dengan mengakali bentuk dari wayang thegul yang berbentuk seperti manusia. Wayang itu disarankan dipipihkan bentuknya, hingga menjadi wayang kulit.

"Kan masyhur itu, (Sunan) Kalijaga saking inginnya berdakwah di daerah Pajang, daerah sini lho, mulai Pajang daerah sini, di Sragen sampai ke sini. Sampai membuat wayang thengul, wayang thengul itu wayang orang," kata Gus Baha.

Baca Juga: Cara Memperlakukan Mayit Transgender, Ustadz Adi Hidayat Sebut Lakukan Sesuai Fitrah Awal Kelahirannya

"Sunan Giri tidak terima. (Sunan Giri berkata) 'Itu haram membuat patung. Kalau membuat patung itu nanti di akhirat disuruh memberi nyawa'. Sunan Kalijaga tidak begitu banyak ngaji orang mantan preman jadi wali. Ngaji fashlun itu, nggak begitu banyak ngaji," ujar Gus Baha. "Walhasil akhirnya ditengah-tengahi oleh Sunan Kudus yang lebih alim, lebih senior. (Kata Sunan Kudus) 'Sudah gini aja, wayangnya itu dipenyetkan jadi wayang kulit, karena kalau wayang thengul itu (berbentuk) patung. Tapi kalau gepeng (seperti) kulit sudah tidak bisa dikasih nyawa, sudah penyet semua," kisah Gus Baha sembari tertawa. Dipipihkannya wayang thegul menjadi wayang kulit untuk menghindari keharaman. ***

Tags

Terkini

Doa Pembuka Pintu Rezeki dari Segala Penjuru

Kamis, 11 Juli 2024 | 15:37 WIB

8 Golongan yang Wajib Menerima Zakat

Rabu, 20 Maret 2024 | 10:53 WIB

Doa dan Keutamaan Ramadhan Hari keenam

Sabtu, 16 Maret 2024 | 15:22 WIB

Link Download Jadwal Imsakiyah Kemenag 2024

Senin, 11 Maret 2024 | 11:26 WIB

Ini 4 Ketentuan Aqiqah yang Harus Kamu Ketahui

Kamis, 29 Februari 2024 | 19:04 WIB