FOKUSSATU.ID- Anggota ASEAN menyampaikan apresiasinya terhadap kesiapan Indonesia mendirikan Pusat Koordinasi ASEAN untuk Pengendalian Pencemaran Asap Lintas Batas atau ASEAN Coordinating Center for Transboundary Haze Pollution Control/ ACC THPC.
Apreasiasi mereka itu disampaikan dalam pertemuan tingkat Menteri The 17th Meeting of the Conference of the Parties to the ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (COP-17 AATHP) di Singapura, pada Kamis (20/10/2022).
“Kita juga bangga karena semua negara mengapresiasi Indonesia sebagai tuan rumah dan atas perkembangan pendirian yang kita sebut dengan ASEAN Coordinating Center for Transboundary Haze Pollution Control yang akan beroperasi dalam waktu dekat. Itu yang banyak diapresiasi termasuk ketua dari Singapura,” ujar Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong.
Pendirian ACC THPC merupakan mandat dari ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (AATHP) yang telah diratifikasi Indonesia melalui Undang-undang No. 26 Tahun 2014 mengenai Persetujuan ASEAN Tentang Pencemaran Asap Lintas Batas. Dengan pendirian ACC THPC diharapkan implementasi AATHP lebih efektif. “Indonesia telah melakukan studi kelayakan untuk mendukung pendirian dan menyiapkan fasilitas kantor ACC THPC dan saat ini proses desain kantor ACC THPC sedang dilakukan”, terang Alue dalam pertemuan.
Baca Juga: Wartawan se ASEAN Lahirkan Bali Declaration di Pulau Dewata
Tujuan dari AATHP sendiri adalah untuk mencegah dan memantau pencemaran asap lintas batas akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla), baik melalui upaya nasional maupun melalui peningkatan kerja sama regional dan internasional. Dalam beberapa tahun terakhir, penanggulangan karhutla berjalan baik, hal tersebut dapat dilihat dari turunnya jumlah titik panas sebesar 93,2% dan turunnya luas karhutla sebesar 78,6% pada tahun 2022 dibandingkan dengan tahun 2019. Selama lima tahun terakhir juga tidak terjadi asap lintas batas maupun penundaan atau penutupan sarana prasarana transportasi akibat asap karhutla.
Indonesia juga menyampaikan beberapa contoh best practices dalam pengendalian karhutla seperti pelibatan masyarakat dalam pencegahan karhutla, pengelolaan muka air tanah pada gambut, pengembangan aplikasi early warning system karhutla yang mampu memprediksi potensi karhutla dalam jangka panjang (SPARTAN), patroli terpadu karhutla, penggunaan teknologi penginderaan jarak jauh (remote sensing) untuk perhitungan areal bekas terbakar, praktek Persiapan Lahan Tanpa Bakar (PLTB), Agroforestri dan paludikultur di daerah gambut dan banyak lainnya.***
Artikel Terkait
Vietnam Serahkan Pelaksanaan ASEAN Para Games 2022 ke Indonesia
Sebanyak 22 Atlet Paralimpik Kota Bandung Bertabur Medali pada ASEAN Paragames 2022
Atal S Depari Jabat President Confederation of ASEAN Journalist Periode 2022 - 2024