“Misalnya di kawasan Ciwastra dan Gedebage banyak sampah organik, sedangkan di Cigondewah lebih banyak limbah tekstil dan plastik. Semua itu harus diselesaikan dengan sistem yang berkelanjutan, bukan hanya solusi sesaat,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor ITB, Tatacipta Dirgantara menyebut, Bandung Sustainability Summit merupakan bentuk lanjutan dari semangat yang dulu melahirkan Konferensi Asia Afrika semangat kolaborasi dan ide besar dari Bandung untuk dunia.
Baca Juga: Sambut Kunjungan Menko, Bupati Bandung Perhatikan 16 Ribu Guru Ngaji dan Pemberdayaan Masyarakat
“Dulu Bandung dikenal karena melahirkan semangat Asia Afrika. Sekarang kita ingin Bandung dikenal sebagai kota yang menghadirkan gagasan besar tentang keberlanjutan,” katanya.
Ia menyatakan, keberlanjutan tidak bisa hanya dikerjakan oleh satu pihak saja. Harus ada kerja sama antara akademisi, pemerintah, industri, masyarakat sipil, dan media.
"Inilah forumnya. Mudah-mudahan dari sini lahir rencana aksi nyata,” tuturnya.
Dengan semangat kolaborasi tersebut, Pemerintah Kota Bandung bersama ITB berharap Bandung Sustainability Summit 2025 menjadi titik awal menuju kota yang tangguh, adaptif, dan berkelanjutan untuk generasi mendatang. ***