FOKUSSATU.ID, CIMAHI. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2024 yang dilaksanakan secara serentak se Indonesia, kini tinggal penghitungan suara ditingkat Kecamatan.
Namun para Tim pemenangan sudah merayakan kemenangan pasangan calonnya sesuai dengan penghitungan cepat yakni quick count ataupun Real Count.
Seperti Pilkada Kota Cimahi pastikan kemenangan untuk pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Cimahi nomor urut Dua Ngatiyana – Adhitia Yudhistira versi hasil rekapitulasi suara saksi di seluruh TPS yang ada di Kota Cimahi dengan perolehan 41,71%.
Baca Juga: Para Calon KIM Ungguli Pilkada 2024, Pengamat Sinyal Arah Positif Keselarasan Pusat dan Daerah
Hal ini disampaikan Pengamat Politik Kota Cimahi Kanda Kurniawan saat siaran disalah satu radio streaming BRAM Radio, Kamis (28/11/2024) malam.
Ia menyampaikan ucapan selamat kepada Paslon Nomor urut 2 Ngatiyana – Adhitia Yudhistira atas hasil perolehan sebesar 41.71%. Sementara Paslon Dikdik – Bagja dengan perolehan 34,66% dan terakhir Paslon Bilal – Mulyana sebesar 23,63%.
“Selamat dan sukses kepada Paslon nomor urut Dua, Ngatiyana – Adhitia Yudhistira yang telah unggul 41,71% versi rekapitulasi C1 dari para saksi yang ada di 823 TPS di Kota Cimahi,” ujar Kanda Kurniawan, Kamis 28/11/2024.
Menurut Kanda, ada hal menarik yang harus cermati dalam Pilkada Kota Cimahi 2024, Yaitu tingginya ‘Golput’ dari total suara menurut versi C1 para saksi dari Paslon Nomor urut dua berjumlah 116.942, dari total suara sah diterima sebanyak 303.032.
“Kita ketahui, data dari total DPT Pilkada 2024 yaitu sebesar 419.974 Pemilih yang tersebar di 823 TPS, tetapi suara yang masuk versi saksi Paslon nomor urut Dua di TPS sebanyak 303.032 pemilih, artinya ada 116.942 atau sebanyak 27,8% yang tidak menggunakan hak pilih atau tidak datang ke TPS. Hal ini menandakan cukup tingginya prosentase masyarakat yang dianggap malas untuk datang ke TPS,” jelas Kanda.
Kanda menyoroti terkait tingginya angka golput di Pilkada Kota Cimahi 2024 ini.
“Dari data yang diperoleh dari salinan C1 kita ketahui setidaknya 27,8% angka golput atau masyarakat yang enggan menggunakan hak pilihnya. Ini cukup tinggi dibandingkan saat pilpres atau pileg sebelumnya. Tentu saja banyak faktor yang mempengaruhi, namun demikian hal ini menjadi catatan bagi penyelenggara pemilu di Kota Cimahi,” jelas Kanda.
Kanda memaparkan perlu diketahui, antusiasme warga Cimahi dalam perhelatan pemilihan kepala daerah selalu lebih rendah ketimbang pemilihan presiden atau anggota DPRD.