FOKUSSATU.ID – Islam telah mengajarkan kepada hambanya untuk senantiasa memohon kepada Allah SWT sebagai pemilik alam ini. Semakin banyak berdoa, maka kita akan mendapat kebahagiaan.
Meski tidak ada batasan waktu untuk berdoa, namun ada waktu-waktu tertentu yang mujarab untuk memanjatkan doa, termasuk membaca surat-surat dalam Alquran.
Terdapat sejumlah surat Alquran yang sangat dianjurkan untuk dibaca pada waktu-waktu tertentu.
Berikut beberapa hadits tentang keutamaan membaca surat tertentu, sebagian haditsnya ada yang sahih dan sebagian lagi hadis daif tapi tetap boleh diamalkan.
Hal ini lantaran keutamaan dari setiap surat yang ada di dalam Alquran.
Baca Juga: Doa Agar Diberi Keistiqomahan Setelah Bertaubat
Pertama, Surat Al Mulk
سُوْرَةُ تَبَارَكَ هِيَ الْمَانِعَةُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ابن مردويه في تفسيره عن ابن مسعود رمز المصنف لحسنه قال الحافظ ابن حجر في أماليه : إنه حسن
“Surat Tabarak (Al Mulk) adalah pencegah dari siksa kubur”. (HR Ibnu Marduwaih dalam tafsirnya dari Ibnu Mas’ud. As Suyuthi mengisyaratkannya sebagai hadits hasan. Al Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam Al-Amali: sanadnya hasan).
Kedua, Surat Yasin
حَدِيْثُ مَنْ قَرَأَ يس اِبْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ غُفِرَ لَهُ رَوَاهُ الْبَيْهَقِي عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ مَرْفُوْعًا وَإِسْنَادُهُ عَلَى شَرْطِ الصَّحِيْحِ وَأَخْرَجَهُ أَبُوْ نُعَيْمٍ وَأَخْرَجَهُ الْخَطِيْبُ فَلاَ وَجْهَ لِذِكْرِهِ فِي كُتُبِ الْمَوْضُوْعَاتِ
"Hadits yang berbunyi: 'Barangsiapa membaca Surat Yasin seraya mengharap ridha Allah, maka ia diampuni' diriwayatkan Al Baihaqi dari Abu Hurairah secara marfu', sanadnya sesuai kriteria hadis sahih. Juga diriwayatkan Abu Nuaim dan Khatib (Al Baghdadi). Maka tidak ada jalan untuk mencantumkannya dalam kitab-kitab hadits palsu!" (al-Fawaid al-Majmu'ah I/302).
مَنْ قَرَأَ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ حم الدُّخَانَ وَيس أَصْبَحَ مَغْفُوْرًا لَهُ (أخرجه البيهقى فى شعب الإيمان وضعفه عن أبى هريرة وأخرجه أيضًا : أبو يعلى)
Hadits: “Barang siapa membaca di malam Jumat Surat Hamim ad-Dukhan dan surat Yasin maka Allah mengampuni-nya di pagi hari” (HR Al Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman, ia menilai dlaif, dari Abu Hurairah. Juga oleh Abu Ya’la).