PM Inggris Kecam Tindakan Rasisme Fans Hongaria kepada Skuat Three Lions

FOKUSSATU.ID - Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengecam aksi rasisme di laga kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa antara Hongaria melawan Inggris di Budapest, Jumat dini hari waktu Indonesia.

Boris Johnson meminta badan sepak bola dunia FIFA pada hari Jumat 3 September 2021, untuk mengambil tindakan atas apa yang dia sebut sebagai pelecehan rasis memalukan yang ditujukan kepada pemain Inggris oleh penggemar Hongaria.

"Benar-benar tidak dapat diterima bahwa pemain Inggris dilecehkan secara rasial di Hungaria tadi malam," tulisnya di Twitter.

Baca Juga: Robert Tiba-tiba Coret Castillion pada H-1 Jelang Laga Persib vs Barito Putera

Johnson mendesak FIFA untuk mengambil tindakan tegas terhadap mereka yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perilaku tercela semacam ini diberantas dari permainan untuk selamanya.

Para pemain kulit hitam Inggris menjadi sasaran pelecehan rasial oleh beberapa pendukung Hongaria selama kualifikasi Piala Dunia Kamis malam waktu lokal di Budapest yang dimenangkan Inggris 4-0.

Stasiun televisi Inggris, ITV dan Sky Sports mengatakan wartawan mereka mendengar penggemar Hongaria menyebut kata 'monyet' saat bernyanyi atau chant yang ditujukan kepada penyerang Inggris Raheem Sterling dan pemain pengganti Jude Bellingham.

Baca Juga: Jelang Persib vs Barito Putera, Igbonefo Ingin Tampil Lepas

Selama pertandingan, penggemar Hungaria juga melemparkan gelas plastik ke arah pemain Inggris dan suar juga mendarat di lapangan, dan Federasi Sepak Bola Hongaria (MLSZ) mengatakan setiap penggemar yang diidentifikasi akan menghadapi tindakan hukum. Tapi itu tidak membahas tuduhan rasisme.

"Kami perlu mengidentifikasi pembuat onar dan menghukum mereka dengan tegas untuk melindungi para penggemar ini," kata MLSZ dalam sebuah pernyataan di situsnya.

"Fans yang melemparkan suar dan cangkir ke lapangan sedang diidentifikasi. Federasi Sepak Bola Hungaria akan melaporkan/telah melaporkannya ke polisi," kata mereka, menambahkan bahwa mereka yang bertanggung jawab menghadapi larangan bermain selama dua tahun.***